PROPOSAL
PENELITIAN
A.
Judul Penelitian
Pendidikan
Moral bagi Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki
Hati Kudus Yesus Rawak Keuskupan Sanggau melalui Katekese Umat.
B. Latar
Belakang
Melihat masalah-masalah dizaman
sekarang, terutama da orang muda Katolik, banyak juga diantara mereka masih
bingung dalam menghadapi masalah serta bingung dalam mengambil suatu keputusan.
Hal tersebut dikarenakan para orang muda Katolik takut salah dalam mengambil
sebuah keputusan dalam masalah yang sedang mereka hadapi. Semuanya itu tidak
lepas dikarenakan kurangnya moralitas dalam diri seseorang sehingga takut salah
dalam mengambil suatu tindakan. Permasalah-permasalahan itu sebenarnya harus
diatasi, sebab apabila para kaum muda Katolik sudah ragu atau takut dalam
mengambil sebuah keputusan dalam suatu masalah, maka bagaimana mereka bisa menjadi
harapan gereja dalam mengembangkan gereja kedepan nya, dan bagaimana kaum muda
Katolik yang sebagai generasi Gereja bisa mengembangkan Gereja yang mana sesuai
dengan tugas-tugas sebagai orang Katolik.
Seringkali kita mendengar
tindakan-tindakan kriminal di- media massa
seperti; televisi, koran, radio dan lain-lain. Hal tersebut terjadi
karena kita sebagai mahluk sosial tidak lagi saling menghargai antara sesama.
Dan juga dikalangan pemerintah (sipil dan nonsipil) tidak luput dari
penyalahgunaan kuasa, korupsi, dan tindakan kekerasan. Beberapa kelompok
pelajar dan mahasiswa makin mahir tawuran. Sementara itu, manusia tidak lagi
menganggap sesamanya sebagai manusia yang seharusnya dihargai dan dihormati.
Manusia tega menghabiskan nyawa sesamanya begitu saja. Dan manusia seringkali
menjadi serigala bagi sesamanya.
Harus diakui, proses pembinaan watak
pada setiap pribadi manusia, terutama melalui jalur pendidikan formal, masih
memprihatinkan. Banyak pendidik belum sanggup memberikan hidup teladan dalam
bidang hidup bermoral dengan baik. Penerapan kebijakan dalam dunia pendidikan
formal masih menerapkan standar ganda. Pendidikan dasar tentang nilai-nilai
moral, seperti cinta kasih, kebaikan, keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab
moral mutlak diterapkan oleh setiap lembaga pendidikan formal dan non-formal.
Kesadaran akan nilai-nilai luhur ini akan mendorong anggota masyarakat sipil
untuk mengutamakan dan mewujudkan kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan sosial.
Pentingnya pendidikan moral bukan hanya
untuk mereka yang duduk di bangku sekolah, tetapi juga untuk segenap lapisan
dan golongan masyarakat yang berbeda profesi dan setatus sosial. Hal tersebut
dikarenakan kemerosotan moral telah melanda hampir semua bidang hidup sosial
masyarakat, seperti rumah tangga, sekolah/universitas, kantor-kantor
pemerintahan/swasta, sipil, militer, tempat-tempat ibadat, pasar, warung kopi,
diskotik, dan lain-lain. Tindakan kriminal, pelanggaran HAM, korupsi
besar-besaran, diskriminasi, kecurangan dalam bidang polotik, serta
penyelewengandana-dana lainya. Dengan kata lain boleh dikata kan bahwa hidup
bermoral pada setiap individu pada diri manusia sangat rendah.
Etika Kristen adalah menentukan tingkah
laku yang pantas atau tidak pantas bagi umat Kristiani. Membuat suatu keputusan
tentang hal yang benar dan yang salah itu sulit, tetapi ini penting bagi umat
Kristian dan sering kali menimbulkan kegelisahan, terutam bagi kaum muda
komunitas umat kristiani. Kegelisan ini sebagian muncul ke permukaan karena
refleksi etik Kristen menyebabkan beban-bebab moral yang harus dipikul dan yang
ditanggung. Iman Kristiani membuat tuntutan-tuntutan kepada mereka yang mengimaninya.
Kita diajar untuk memikuli salib dan mengikuti Kristus. Maka dari itu, etika
Kristen memperkenalkan beban-beban moral tersebut sebagai hal yang sudah
selayaknya ditanggung oleh umat Kristiani secara benar. Penting bagi kita
mendiskusikan permasalahan-permasalahan dengan orang-orang disekitar kita. Jika
kita pernah dihadapkan pada keputusan-keputusan menyangkut
permasalahan-permasalah, maka pertimbangan yang digunakan sebelumnya terbukti
sangat membantu pada saat-saat yang kritis.
Meskipun demikian, hal ini tidak
mengingkari kenyataan bahwa hidup kita sehari-hari tidak melulu digunakan untuk
memutuskan hal-hal yang sangat penting. Kebanyakan dari kita, atas kehendak
Tuhan, tidak akan dihadapkan pada pilihan membiarkan hidup kita dalam kesulitan.
Melainkan, kita menghabiskan sebagian besar waktu kita ketika di kolese bersama
kedua orang tua, kakak-adik, teman-teman satu kamar, dan teman-teman lainya.
Ketika dewasa kita lebih sering dihadapkan pada hubungan dengan pasangan suami/istri,
anak-anak, rekan-rekan kerja, teman-teman, dan para tetangga.
Cara kita berinteraksi dengan keluarga
kita, pasangan suami atau istri, teman-teman laki-laki atau perempuan,
teman-teman satu kamar, atau mereka yang menyajikan makanan siang di ruang
makan, memberikan petunjuk yang lebih akurat mengenai tinggi rendahnya
moralitas kita dibandingkan cara kita merespons krisis yang hanya kadang kala
kita hadapi. Segala permasalah-permasalah yang kita hadapi didalam hidup ini,
terkadang membawa kita dalam penentuan atau mengambi langkah serta mengambil
keputusan yang sangat sulit, sehingga keputusan yang kita ambil tersebut tidak
jarang salah atau tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Oleh sebab itu,
kita perlu adanya semacam motivasi atau dorongan serta berdiskusi dengan orang
lain atas permasalahan yang sedang kita hadapi. Dengan begitu kita dapat
memutuskan permasalahan serta mengambil keputusan yang tepat.
Dalam hal ini, pentingnya pendidikan
moral bagi kaum muda katolik sebagai mana yang kita ketahui mennggingatkan
bahwa rendah nya hidup bermoral bagi kaum muda katolik. Oleh sebab itu, penulis
mengangkat atau memilih judul ini yang mana, Pendidikan Moral bagi Orang Muda
Katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak Keuskupan
Sanggau melalui Katekese Umat.
dalam meninggkatkan moral kaum muda katolik.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, oleh
sebab itu maka masalah penulisannya dapat dirumuskan sebagai berikut ”Apakah
pendidikan moral dapat mengatasi kehidupan para orang muda Katolik?”
Dari permasalahan-permasalahan
tersebut, maka rumusan petanyaan nya sebagai berikut :
1. Bagaimana
kehidupan bermoral orang muda katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai
Paroki Hati Kudus Yesus Rawak?
2. Apa
yang menjadi hambatan orang muda katolik dalam hidup bermoral di Stasi Santa
Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak?
3. Bagaimana
pendidikan moral mampu meningkatkan kehidupan bermoral bagi orang muda katolik di
Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak?
D. Tujuan
Penelitian
Tujuan
peneliti ini adalah sebagai berikut ;
1. Mendeskripsikan
situasi kehidupan moral kaum muda katolik di Stasi Santa Teresia Cupang
Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak.
2. Mendeskripsikan
faktor yang menjadi penghambat bagi kaum muda katolik dalam hidup bermoral di
Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak.
3. Mendeskripsikan
pendidikan moral sebagai upaya meningkatkan kehidupan bagi kaum muda katolik di
Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak.
E. Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat penulisan
proposal ini adalah untuk memperluas wawasan dan menambah ilmu pengetahuan,
baik penulis sendiri maupun pembaca. Tulisan ini juga dapat digunakan untuk
mendalami apa yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan umat sebagai anggota
Gereja dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Gereja Katolik.
2. Manfaat
Praktis
Manfaat praktis dari tulisan ini terdiri dari
manfaat praktis bagi penulis, umat dan Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus
Pontianak. Yang dapat diuraikan dan dijelaskan secara lengkap sebagai berikut:
a. Bagi
Penulis
Hasil
penelitian ini akan penulis jadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan
penulis tentang pendidikan moral bagi Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia
Cupang Belungai Paroki Hati Yesus Rawak Keuskupan Sanggau melalui Katekese Umat.
Hasil penelitian ini juga akan penulis jadikan sebagai bahan refleksi pribadi
untuk lebih hidup baik ke depan nya, di Stasi Santa Teresia Paroki Hati Kudus
Yesus Keuskupan Sanggau.
b. Orang
Muda Katolik (OMK) di Stasi Santa Teresia
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perenungan bagi Orang Muda Katolik
di Stasi Santa Teresia untuk memebaharui hidup sebagai generasi tugas sebagai
anggota Gereja dan murid Kristus.
c. Sekolah
Tinggi Pastoral St. Agustinus Pontianak
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan kajian tentang proses Moralitas yang dapat dilakukan untuk
pendidikan moral dalam bagi mahasiswa-mahasiswi pada Sekolah Tinggi Pastoral
St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak, hasil penelitian ini juga dapat
dijadikan bahan untuk menambah perbendaharaan buku-buku pada perpustakaan
Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak.
F. Penjelasan
Istilah
Supaya tidak terjadinya salah paham
antara pembaca dan penulis, maka perlu kiranya dijelaskan beberapa
istilah-istilah sebagai berikut:
1.
Masyarakat
Menurut
Abdullah Idi ( 2011:38 ) , masyarakat adalah di mana sekelompok manusia yang
hidup bersama mempunyai tempat atau daerah tertentu untuk jangka waktu yang
lama di mana masing-masing anggotanya saling berinteraksi. Jadi masyarakat
ialah, di mana orang-orang yang tinggal bersama-sama dan saling mempengaruhi,
baik di daerah, maupun secara mendunia dapat saling mempengaruhi, karena
manusia hidupnya selalu saling mempengaruhi.
2. Pendidikan
Pendidikan
merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama ( Idi,
2011:194 ). Jadi pendidikan adalah suatu usaha yang dilaksanakan untuk
mempengaruhi seseorang untuk dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapakan.
3. Iman
Iman adalah tanggapan
manusia terhadap Wahyu Allah, atau penyerahan diri secara total kepada Allah (
Iman Katolik,1996:128 ). Jadi iman adalah sebuah interaksi manusia dan Allah.
4. Intelektual
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia,
intelektual adalah, cerdas, berakal, berpikiran jernih, kecerdasan tinggi,
cendikiawan (Nirmala dan Pratama,2003:167 ). Jadi intelektual adalah berkaitan
dengan kemampuan manusia dalam berpikir cerdas, atau pandai, adan terdidik.
5. Ideologi
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia,
ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; paham, teori dan tujuan yang berpadu
merupakan satu program sosial politik ( Nirmala dan Pratama, 2003:155 ). Jadi
dapat dimengerti ideologi adalah bersangkutan dengan falsafah dasar tentang
kenegaraaan.
6. Negara
Negara
menurut kamus lengkap bahsa Indonesia ialah, persekutuan Bangsa dalam suatu
daerah tertentu batas-batasnya yang diperintah, dan diurus oleh badan
pemerintah yang teratur (Nirmala dan Pranata, 2003:278). Maka dapat dimengerti
juga bahwa Negara adalah dapat terdiri dari berbagai Bangsa tetapi bersatu
dalam suatu Negara, meski berbeda pulau, atau daerah dan asal-usul.
7.
Bangsa
Di dalam kamus lengkap bahasa Indonesia,
Bangsa adalah, kesatuan dari orang-orang yang bersama asal keturunan, bahasa,
adat istiadat, dan sejarahnya, yang mempunyai asal-usul dan sifat yang khas (
Nirmala dan Pranata 2003:68 ). Maka Bangsa adalah suatu kesatuan yang dimiliki
oleh sekelompok orang yang memiliki nasib yang sama.
8. Katekese
Umat
Katekese umat sering dikatakan , katekese
dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Katekese umat adalah komunikasi iman atau
sharing pengalaman iman akan Yesus Kristus sesama umat Allah ( Lalu,2007:62 ).
Dapat juga dipahami katekese umat adalah tukar menukar pengalaman iman dan di
dalamnya umat saling menguatkan, dan bersama-sama membicarakan permasalhan yang
dihadai dan mencari jalan keluarnya dalam terang Kitab Suci.
9. Sosiologi
Sosiologi didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan berkenaan dengan Masyarakat atau yang berobjek Masyarakat manusia (
Idi, 2011:39 ). Jadi sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari interaksi
atau gejala yang terjadi di dalam Masyarakat.
G.
Landasan Teori
1.
Orang Muda Katolik
a.
Pengertian Orang Muda Katolik
Menurut buku; Pendidikan Politik Bagi
Generasi Muda, dan Keputusan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan Dan
Pengembangan Generasi Muda No.01/Bk Tahun 1982 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pendidikan Politik Bagi Generasi
Muda, mengatakan :
“Orang Muda
Katolik adalah mereka yang memiliki rentang usia tiga belas tahun sampai dengan
tiga puluh lima tahun”.
Orang
Muda Katolik adalah termasuk dalam anggota Gereja Katolik, dan sebagai kaum
awam Gereja, dan Orang Muda Katolik dipandang sebagai generasi muda yang sedang
berkembang sebagai penerus Gereja, dan Bangsa Indonesia.
b.
Ciri Khas Orang Muda Katolik
Orang Muda Katolik adalah pribadi yang
berkembang, dan dikenal memiliki ciri khas, dan keunikan tersendiri, yaitu
orang muda yang memiliki Kristus dan memiliki Bangsa Indonesia. Orang Muda Katolik pada umumnya memiliki
semangat yang tinggi, serta masih berusaha mencapai kedewasaan, atau masih dalam tahap pencarian jati diri, mereka
mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai, dan pengalaman tertentu, serta
masalah, dan kebutuhan yang perlu dipahami.
c.
Orang Muda Katolik dan Keluarga
Keluarga adalah dasar kehidupan sosial,
dimana sejak kecil orang dapat belajar menghormati Allah, dan mempergunakan
kebebasan secara benar. Orang Muda Katolik merasa terlindungi jika hidup
bersama dengan keluarga, dan sebagai kaum muda, maka Orang Muda Katolik adalah
penerus keluarga, yang mengemban tugas untuk memperbaiki kehidupan keluarga,
dan dapat menjadi contoh yang baik bagi keluarga, serta pada umumnya belum
dapat sepenuhnya terlepas dari peran keluarga dalam mengarungi kehidupan.
d.
Orang Muda Katolik dengan Sebaya
Orang Muda Katolik memiliki keinginan
untuk menemukan sahabat sejati, dan orang-orang yang dapat diajak bekerjasama.
Bagi mereka seorang sahabat sejati, memiliki keterbukaan, kejujuran, dan dapat
dipercayai. Tidak menutup kemungkinan seorang sahabat dapat menjadi lebih
dipercayai dibandingkan keluarga sendiri, karena dianggap memiliki kedekatan
yang lebih dapat saling memahami, dan saling mengerti akan kebutuhan
masing-masing.
Orang Muda Katolik dituntut untuk dapat
memilah-milah pergaulan, supaya tidak terjerumus di dalam pergaulan yang salah,
yaitu pergaulan yang membuat Orang Muda Katolik untuk cenderung menjadi malas,
dan kehilangan semangat juang, serta terjerumus ke dalam pergaulan bebas, serta
tindak kriminal. Dan semua hal-hal tersebut harus dihindari oleh Orang Muda
Katolik.
e.
Orang Muda Katolik dengan Masyarakat
Orang Muda Katolik tidak dapat lepas
dari hidup bermasyarakat, karena Orang Muda Katolik adalah bagian dari
masyarakat, dan hidup saling berdampingan dengan orang lain, yang berbeda suka,
bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda pula, dan boleh dikatakan bahwa
Orang Muda Katolik hidup di dalam masyarakat yang pluralis, yaitu hidup di
tengah-tengah perbedaan yang terdapat di dalam Bangsa Indonesia.
Orang Muda Katolik dituntut untuk ambil
bagian dalam menciptakan keharmonisan hidup di dalam mewujudkan cinta, dan
kasih bagi sesama, dan berpartisipasi untuk memperjuangkan kebenaran, dan
keadilan sebagai anggota masyarakat dan penerus Bangsa Indonesia yang
bertanggung jawab, kemudian diharapkan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat
luas.
f.
Kehidupan Rohani Orang Muda Katolik
Orang Muda Katolik seharusnya berani
mengakui identitas diri mereka sebagai pengikut Yesus Kristus, dan mencerminkan
kepribadian diri yang bersumber dari Yesus Kristus dalam menjalankan proses
kehidupan sehari-hari. Setiap tindakan Orang Muda Katolik harus terinspirasi
oleh Yesus Kristus yang tidak kenal lelah dalam memperjuangkan kebenaran, dan
tidak hanya itu melainkan juga mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan
penyelamat.
Yesus Kristus adalah Allah yang
menyelamatkan, yang menjelma menjadi manusia, kemudian hidup bersama-sama
dengan manusia, yang pernah datang dan hidup dua ribu tahun yang lalu.
Kepercayaan ini kemudian ditanggapi, dan sebagai dasar iman Katolik yang dianut
olah para Orang Muda Katolik.
Iman sebagai suatu ikatan pribadi
manusia kepada Allah, pengalaman dicintai oleh Allah memberikan kebahagiaan
sejati, meskipun demikian jika beriman secara personal atau bersifat pribadi
tidaklah cukup bagi Orang Muda Katolik, iman tersebut perlu diwujudkan di dalam
kehidupan sosial atau memiliki iman yang bersifat sosial, yaitu iman yang
diterapkan terhadap sesama, sehingga iman tersebut tidak menjadi mati karena
selalu dipraktekkan dan dikembangkan.
g.
Moralitas Orang Muda Katolik
Moralitas pada dasarnya mengarahkan
Orang Muda Katolik pada suatu asas, dan nilai yang sangat mendasar, dan berasal
dari kepribadian kita sendiri yang mengajarkan tentang sikap kesopanan, dan apa
yang boleh, dan yang tidak boleh dilakukan. Moralitas dapat direalisasikan
melalui tindakan-tindakan yang positif, seperti, menghargai orang lain,
menolong sesama, memiliki sikap humanisme, dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan
sosial lainnya.
Pola interaksi yang terjadi dalam masyarakat dapat
menciptakan dasar nilai-nilai moralitas, dan moralitas dapat berubah seiring
dengan perjalanan waktu, dan tergantung situasi dari suatu masyarakat, karena
moralitas berkaitan erat dengan tatanan hidup manusia yang masuk di dalam
sistem kehidupan masyarakat. Maka Orang Muda Katolik harus mampu menyesuaikan
diri di dalam masyarakat dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dan ajaran
tentang moral Katolik dapat dilihat dalam buku Doa-Ku, sebagai berikut;
“Tuhan
bersabda: Akulah Tuhan Allahmu; perintah pertama, jangan memuja berhala
berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
Perintah kedua, jangan menyebut nama Allah Tuhanmu tidak dengan hormat.
Perintah ketiga, kuduskanlah hari Tuhan. Perintah yang keempat, hormatilah
ibu-bapamu. Perintah kelima, jangan membunuh. Perintah keenam, jangan berbuat
cabul. Perintah ketujuh, jangan mencuri. Perintah kedelapan, jangan bersaksi
dusta terhadap sesamamu manusia. Perintah kesembilan, jangan ingin berbuat
cabul. Perintah kesepuluh, jangan ingin akan milik sesamamu manusia secara
tidak adil”. ( Doa-Ku:16 ).
Moral Katolik mengarahkan seluruh hidup
manusia dan termasuk Orang Muda Katolik untuk tetap berada dalam ruang lingkup keinginan
Allah sebagai penyelenggara kehidupan, dan ajaran moral ini perlu dipatuhi Oleh
Orang Muda Katolik, dan ini sesungguhnya adalah perintah Allah, yang kemudian
sudah seharusnya menjadi pedoman Orang Muda Katolik dalam berpikir, dan
bertindak. Moral Katolik sangat penting untuk mengatur tabiat manusia, dan
hendaknya harus dilestarikan, serta sudah seharusnya tidak dilanggar oleh Orang
Muda Katolik.
Ada beberapa dasar sikap yang harus
dimiliki oleh para Orang Muda Katolik menurut Paus Benediktus XVI yakni,
semangat Kristianitas (bersumber dari
Yesus Kristus ), intelektualitas (
mampu menggunakan akal pikiran ), dan fraternitas
(meniru sifat Bapa yang mampu mengayomi, dan menjadi contoh yang baik, serta
sebagai sang pemimpin ). Kaum muda dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam
memerangi berbagai permasalahan sosial dengan menggunakan kecerdasan
berpikir,dan mampu menjadi pemimpin yang baik untuk dirinya sendiri, maupun
bagi orang lain, dan semuanya itu bersumber dari ajaran Yesus Kristus, sebagai
tanggung jawab moral manusia kepada Allah maka manusia harus melaksanakan
perintah-Nya untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap sesama dengan
memegang nilai-nilai moralitas Katolik.
h.
Tugas Orang Muda Katolik
1).
Orang Muda Katolik Sebagai Penerus Gereja
Orang Muda Katolik adalah penerus masa
depan Gereja, karena Orang Muda Katolik memiliki tugas sebagai penerus Gereja,
maka pertama-tama menyadari dirinya bahwa sebagai anggota Gereja yang mewarisi
kekayaan Gereja, dan hidup Orang Muda Katolik tidak terlepas dari peran, dan
tanggung-jawab Gereja. Kemajuan Gereja terletak di pundak penerus Gereja, dan
salah satunya adalah Orang Muda Katolik, dalam menyadari situasi ini maka Orang
Muda Katolik harus memiliki kualitas, dan kemampuan, atau keterampilan dalam
mengembangkan Gereja di tengah-tengah dunia ini.
Orang Muda Katolik sudah semestinya
memiliki kesadaran dalam mengembangkan kualitas, baik secara intelektual, dan
kualitas secara spiritual yang baik sebagai penerus Gereja, dan memiliki iman
yang radikal, atau dalam arti iman yang tidak mudah goyah, dan tidak ada niat
untuk meninggalkan iman Katolik, dan iman yang radikal tersebut bersumber pada
cinta kasih.
Sebagai salah satu penerus Gereja dengan
demikian diharapkan sekali Orang Muda Katolik menjadi, garam dan terang dunia (
Mat, 5:13-14) yang dapat berarti pula bahwa, Orang Muda Katolik harus
membagikan atau memberikan kebaikan pada setiap orang, dan mau berusaha
membahagiakan orang lain, dan terlebih lagi bagi mereka yang menderita, maupun
yang sakit, membela orang-orang yang tersingkirkan, atau orang yang tertindas,
mau tergerak membela kebenaran, menegakkan keadilan, serta seperti sifat yang
dimiliki oleh garam, ialah memberi rasa, dan dapat diartikan bahwa mendatangkan
kedamaian untuk orang lain, kemudian rasa damai itulah yang harus selalu
diusahakan oleh Orang Muda Katolik.
Dan memiliki sifat terang, yang dapat
diartikan bahwa Orang Muda Katolik seharusnya mampu memberikan keselamatan bagi
orang-orang yang menderita, membantu menemukan jalan keluar bagi yang tertimpa
masalah, dan memberikan ide atau pemikiran yang dapat membantu sesama, dan
dapat menjernihkan sebuah permasalahan yang dihadapi sehingga dapat menemukan
arah jalan hidup yang lebih layak, dan membebaskan orang lain dari berbagai
hambatan hidup. Nilai-nilai inilah yang perlu ditanamkan di dalam diri Orang
Muda Katolik.
2).
Orang Muda Katolik Sebagai Penerus Bangsa
Orang Muda Katolik adalah sebagai
penerus masa depan Bangsa Indonesia, dan sebagai warga masyarakat Indonesia itu
sendiri, berati juga Orang Muda Katolik adalah penerus yang bertanggung jawab
untuk ikut berpartisipasi memimpin bangsa menuju arah yang lebih damai dan
sejahtera.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh
presiden pertama Bangsa Indonesia, yaitu Bung Karno, atau periden Soekarno
terhadap orang muda, dan dia mengatakan ;
“Beri
aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku
satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .( Pidato HUT RI 1956 ).
Tampak jelas sekali apa yang telah
diungkapkan oleh Soekarno terhadap potensi para orang muda, bahwa orang muda
memiliki kemampuan yang tidak kalah dari orang-orang yang jauh lebih tua
usianya. Soekarno menekankan semangat para orang muda guna melanjutkan
perjuangan bangsa, dan di pundak para orang muda banyak amanat Bangsa Indonesia
yang harus diteruskan, serta mengusahakan kesejahteraan Bangsa Indonesia.
Soekarno menampilkan melalui
kata-katanya, bahwa orang muda tidak boleh dianggap enteng, dan orang muda
adalah salah satu penggerak Bangsa Indonesia, dan yang harus diperhatikan oleh
pemerintah, dan harus menjadi warga Negara Indonesia yang sadar bahwa para
orang muda adalah calon pemimpin masa depan, dan memiliki berbagai gagasan,
pemikiran, ide-ide, semangat, kemampuan yang dapat digunakan untuk membangun
kesejahteraan, keadilan, dan kedamaian Bangsa Indonesia.
Orang Muda Katolik adalah sebagai warga
Negara Indonesia, maka Orang Muda Katolik harus merenungkan juga perkataan Bung
Karno, dan memiliki kesadaran yang tinggi bahwa peran Orang Muda Katolik, dan
keterlibatan Orang Muda Katolik sangat dibutuhkan untuk turut berpartisipasi
membangun Bangsa Indonesia yang tercinta ini. Diharapkan Orang Muda Katolik
sebagai anggota Gereja tidak hanya berkutat diseputar hidup menggereja saja,
yaitu hanya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ibadat, dan pendalaman iman,
tetapi harus turut memikirkan bagaimana cara untuk menciptakan damai sejahtera,
dan kedamaian hidup dengan sesama, dan sebagai murid Yesus yang berdasarkan
kasih dalam bertindak, karena kasih adalah dasar dari seluruh hidup, dan
identitas murid-murid Yesus ialah mau “saling mengasihi” (Mat 13:34 ).
2.
Pendidikan
a.
Definisi Pendidikan Menurut Beberapa Ahli
Pendidikan menurut Langeveld ( 1905-1989 ) adalah: “Setiap
usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa,
atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, dan cara hidup”.
Maka dapat dilihat bahwa pendidikan ialah
suatu proses pendewasaan bagi seseorang agar menjadi manusia yang mandiri, dan
diberikan oleh seseorang yang dianggap memiliki kompetensi, atau kemampuan yang
mencukupi, dan mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara, baik melalui
seorang pendidik, maupun melalui buku, dan dari pengalaman-pengalaman hidup
yang dialami sehari-hari.
Pendidikan menurut Rousseau
(1712-1778) adalah: “ Memberikan suatu perbekalan yang ada pada masa
kanak-kanak, sampai remaja, dan seterusnya yang pada nantinya akan bermanfaat
hingga dewasa”.
Rousseau mau mengatakan bahwa pendidikan haruslah
diberikan kepada kanak-kanak, remaja, dan dewasa serta pendidikan sebagai bekal
kehidupan manusia agar mampu melanjutkan kehidupannya.
Ki Hajar Dewantara (1957) mengatakan
bahwa:
“Pendidikan
sebagai suatu tuntutan di dalam hidup manusia yang menuntut segala kekuatan
kodrat manusia, dan agar manusia sebagai anggota Masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Maka pendidikan adalah sebuah
kebahagiaan yang harus didapatkan oleh manusia, dan sebagai hak kodrat manusia
yang harus didapatkan, dan diperjuangkan, dan sebagai sarana keselamatan,
kebahagiaan agar menjadi manusia yang dapat mewujudkan cita-cita, dan
menciptakan masa depan yang lebih baik, atau sejahtera.
b.
Definisi Pendidikan Menurut Negara
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
bagi perannya di masa yang akan datang”.
Negara menekankan bahwa pendidikan sebagai sebuah kesadaran manusia yang
harus terus-menerus dilaksanakan, dan betapa pentingnya sebuah pendidikan bagi
masyarakat, dan bisa berupa bimbingan, pengajaran, serta berbagai pelatihan
yang mempersiapkan manusia agar dapat bekerja dan memiliki keahlian atau
kemampuan yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan. Selain itu Negara menyatakan, bahwa
setiap Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan ( UUD 1945 Pasal 31, Ayat 1).
3. Pengertian Pendidikan
Moral
Sekolahan Fransiska, muncul Bonaventura
(+1274) yang merumuskan moral sebagai intinerarium mentis ad Deum ( zairah budi
menuju Tuhan ). Tuhan adalah tujuan yang ingin dicapai kehendak manusia yang
terbentuk karena cinta kasih. Pada Abad XIV-XVIII, William Ockham dan Alfonsus
de Liguori mengatakan bahwa titik tolak pandangan moral Ockham adalah
kemahakuasaan Tuhan, yaitu yang mampu melakukan segala sesuatu secara tidak
bertentangan, namun harmonis. Meskipun masih banyak terdengar tanggapan lain
setiap orang pada akhirnya menerima perumusan operasional berikut ini : Moral
adalah tindakan manusia atas persoalan dalam hidupnya, serta suatu tindakan
dalam mengambil sebuah keputusan. Moral adalah tingkah laku dan tindakan
manusia didalam kehidupan sehari-hari. Tindakan dalam mengambil sebuah
keputusan yang mana dalam mengambil keputusan tersebut tidak salah atau
merugikan pada diri sendiri atau pun orang lain dan apakah tindakan tersebut
dibolehkan atau tidak. Tingkah laku adalah kebiasaan atau sifat, yang menjadikan
manusia mampu dalam menempuh dan mengisi hidupnya. Keputusan adalah mengambil
tindakan dalam sebuah masalah keputusan tersebut menjadi suatu tindakan dalam
langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah.
Moral berarti suatu tindakan keputusan dalam hidup.
Tingkah laku adalah cara atau sifat manusia dalam bergaul atau hidup
sehari-hari. Di segala zaman, manusia selalu mendapatkan tantangan didalam
hidupnya. Moral ingin menolong manusia supaya menyadari bahwa hidup ini
ditopang oleh tindakan serta keputusan yang benar, sehingga dalam hidup ini
terdapat kepastian yang jelas dan benar.
Kaum Ultilitarian mengangap aturan-aturan tersebut
berharga, namun kurang penting. Aturan-aturan menyajikan sejumlah kebijakan
moral kolektif kita, namun tidak akan pernah bisa melingkupi setiap situasi dan
harus dilanggar bila setiap aturan-aturan tersebut menghalangi pencapaian
kebaikan terbesar demi jumlah terbesar.
Yang lain berpendapat bahwa tindakan-tindakan
tertentu bertentangan dengan moral karena sifat dasar mereka dan konsekuensinya
tidak pernah bisa dibenarkan. Larangan-larangan tertentu misalnya”jangan
memperkosa, jangan membunuh yang tidak berdosa” secara tidak mutlak bisa
diganggu gugat. Kritik-kritik tentang kekhawatiran ultilitarisme ialah bahwa
tanpa larangan-larangan mutlak seperti itu, orang bisa membenarkan sejumlah
tindakan yang bertentangan dengan moral dan berdalih demi”kebaikan yang lebih
besar”.
Hal tersebut berarti moral dimaksud sebagai suatu
hubungan antara tindakan dalam mengambil sebuah keputusan yang mana didalamnya
terdapat pertimbangan-pertimbangan moral dalam mengambil sebuah keputusan dan
tindakan. Jelaslah melalui pertimbangan-pertimbangan moral dapat membantu orang
muda katolik untuk semakin hidup bermoral. Moral tidak hanya membantu orang
dalam mengambil sebuah keputusan atau tindakan, akan tetapi tingkah laku juga
diperlukan. Maka dari itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam moral.
Dengan demikian, pendidikan dalam proses moral yang kita inginkan, dapat
diterapkan dengan baik di dalam kehidupan.
Sehingga
orang mengerti jika tindakan yang dilakukannya tersebut bertentangan dengan
moral atau tidak. Secara tidak sadar, kita bisa saja melakukan tindakan yang
tidak bermoral. Lebih ditekankan bagaimana kemampuan pada manusia secara sadar
bertindak secara moral. Suatu kebebasan pada manusia dalam memilih serta
menentukan apa yang akan ia lakukan, terkadang tidak bisa membuat manusia
bertindak dengan sebebas-bebasnya dengan kemauannya sendiri.
Kebebasan-kebebasan manusia dapat membuat manusia dalam menentukan langkah
dengan perbuatan-perbuatan yang bebuah baik atau jahat. Semua itu kembali
kepada pertimbangan-pertimbangan hidup bermoral manusia itu sendiri. Adapun
tuntutan-tuntutan dalam hukum dibuat untuk memilah serta menuntut kita untuk berbuat
adil dalam suatu tindakan perbuatan kita. Namun tidak tuntutan-tuntutan itu
tidak bisa dibenarkan begitu saja, karena pertimbangan-pertimbangan dalam moral
menuntut kita lebih mementingkan hal-hal yang benar.
4.
Moralitas Hidup
Tujuan-tujuan atau maksud-maksud yang muncul dari
dalam pribadi kegiatan manusia ini kemudian digunakan untuk memberikan
evaluasi-evaluasi moral tingkah laku manusia. Misalnya dikatakan bahwa semua
manusia memiliki arah perjalan diri alamiah menuju pemiliharaan diri. Kita akan berpikir aneh bila ada orang yang
tengelam dan orang tersebut tidak bereaksi atau mencoba dengan cara apa pun
untuk menyelamatkan diri. Tindakan amaliah yang dilakukan adalah berusaha dan
berjuang untuk menyelamatkan diri.
Banyak
orang-orang yang melakukan tindakan alamiah. Manusia bisa keduanya, kekurangan
kapasitas yang utuh (misalnya sakit mental). Untuk mengetahui hukum alam atau
mereka mengetahui tindakan tertentu secara tidak alamiah, namun mereka tetap
memilih melakukan tindakan tersebut. Manusia dipenuhi dengan berbagai macam
keinginan, namun bila kita ingin menjalani kehidupan bermoral, kita sebaliknya
tidak menuruti keinginan tersebut.
Keutamaan adalah sebuah kualitas yang membantu kita
mengembang diri menjadi tipe manusia yang kita inginkan. Misalnya, seorang
mahasiswa merencanakan diri untuk masuk ke falkultas kedokteran supaya menjadi
seorang dokter. Jelaslah bahwa mahasiswa ini ingin menjadi se-orang ”dokter
yang baik”. Tetapi untuk menjadi seorang dokter yang baik, memerlukan
pengolahan keterampilan-keterampilan tertentu. Seorang dokter harus memiliki
pengetahuan yang lebih tentang berbagai macam penyakit, penyebab-penyebabnya,
dan cara penyembuhannya. Ia juga harus mampu menenangkan si pasien, mendengar
keluhan-keluhan dari si pasien dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan dengan
penuh rasa hormat dan bersedia berbicara terus terang kepada mereka tanpa
perasaan acuh tak acuh.
Maka dalam kehidupan ini banyak sekali norma-norma
yang harus diperhatikan sebelum kita melangkah kedalam hal tersebut. Yang mana
tindakan kita dapat kita pertimbangkan kembali serta dapat kita evaluasi apakah
sudah benar atau salah. Hidup bermoral manusia sebagai proses berkesinambungan
dengan arah moral tertentu. Tindakan manusia harus dipandang dalam hubungan
utuh dan menyeluruh dengan pribadi seseorang. Baik atau buruknya tindakan
manusia harus dipandang dengan cara menyeluruh dalam hubungan dengan pilihan
yang ia laksanakan. Tindakan manusia dianggap tidak memadai, khususnya dalam
suatu pertimbangan dan penilaian moral. Pilihan sering dipandang sebagai
”paradigm penafsiran” baru atas tindakan manusiawi. Pilihan ini berperan
penting, sebab pilihan-pilahan dalam tindakan seseorang bermula dari dan
bergantung banyak pada pilihan lain. Rangkaian pilihan tersebut mengacu pada
pilihan dasar yang membantu manusia dalam proses pertimbangan dan menilai
tindakan moral.
Dalam ajaran Agustinus dari Hippo khususnya dalam
ajaran Thomas Aquinas (S. Th. I, II, q. 106; q. 85, a. 5) tentang tujuan hidup
manusia. Menurut ajaran Tomistik, manusia telah begitu banyak melakukan pilihan
particular berupa tingkah laku dan perbuatan. Berdasarkan teori ini, sejumlah
pilihan dianggap lebih dari pada yang lain, misalnya pilihan atas panggilan
hidup. Maka tindakan moral dalam cara tertentu bisa dipandang sebagai ”tanda”
bermakna dan bermuat isi pilihan dasar seseorang. Tindakan moral merupakan
cermin pilihan ini dan tingkah laku seseorang. Pembenahan dan perbaikan pilihan
dasar, mampu menghasilakan tindakan moral dan keputusan serta tingkah laku
seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga dalam mengambil suatu
keputusan dan melaksanakan tindakan tidak ragu.
Karena
pembenahan diri akan pilihan dasar dan mengambil sebuah keputusan dapat
terlaksanakan dengan baik. Maka, kepribadian dalam hidup seseorang dan
mengambil keputusan dan tindakan tersebut dengan benar. Tingkah laku manusia
menjadi acuan hidup bermoral, yang mana meyangkut masalah cara hidup seseorang
dalam menjalani hidup yang berujung pada keputusan dan tindakan.
Dalam usaha
memilih tindakan dalam hidup, moral mempunyai peranan kongkrit yaitu :
a. Memilih
Tindakan Dalam Hidup
Dalam
hal ini berarti seseorang dituntu untuk berlaku adil tidak hanya kepada diri
sendiri tetapi juga kepada orang lain. Manusia tahu apa yang ia lakukan dan
diperbuatnya, tetapi harus dibantu agar lebih percaya dan menerapkan
tindakannya itu dalam kehidupan bermasyarakat, dan dengan
pertimbangan-pertimbangan moral.
b. Memilih
Keputusan
Ini berarti bahwa mengajak manusia
supaya lebih mempertimbangkan sebuah keputusan yang diambil. Kesempatan atau
waktu tidak akan bisa kita dapatkan setiap hari dengan hal yang sama. Berbagai
tantangan atau masalah di dalam hidup ini, agar keputusan yang kita ambil dalam
berbagai masalah tersebut tidak salah, maka haruslah melalui pertimbangan
moral, supaya tidak menyesal dikemudian hari, baik merugikan bagi diri kita
sendiri maupun orang lain.
c. Memilih
Tingkah Laku
Ini
berarti suatu prilaku atau sifat perbuatan manusia dalam hidupnya, beracuan
pada keputusan dan tindakan. Yang mana tingkah laku tersebut adalah hasil dari
keputusan dan tindakan sehingga tingkah laku atau prilaku manusia, sangat
bergantung atas keputusan dan tindakan. Apabila salah dalam mengambil suatu
keputusan dan tindakan, maka tingkah laku seseorang akan salah/merugikan bagi
dirinya maupun orang lain.
Oleh sebab itu pertimbangan-pertimbangan moral
sangat dibutuhkan dalam mengambil langkah-langkah keputusan dan tindakan dalam
mencapai keadilan dan kebenaran dalam prilaku hidup sehari-hari. Karena tingkah
laku atau prilaku manusia sangat dibutuhkan didalam hidup. Sebab tingkah laku
atau pribadi manusia adalah sebagai suatu tanda atau bukti, apakah manusia
tersebut sudah hidup bermoral atau tidak dapat kita ketahui dari tingkah laku
atau prilaku seseorang.
Moral
juga dapat dapat diartikan sebagai tanggung jawab atas perbuatan dalam tindakan
dari keputusan yang kita ambil, bertanggung jawab secara penuh akan apa yang
kita perbuat. Namun tanggung jawab secara moral dalam hal ini ada dua jenis
yakni :yang pertama, tanggu jawab
moral lebih berat dan tanggung jawab moral yang ringan. Contonya : tanggung
jawab moral yang terlibat dalam kasus pembunuhan secara terencana dan sengaja.
Yang membunuh dengan sengaja dan terencana memiliki tanggung jawab moral yang
lebih berat dari pada si pembunuh karena gangguan kejiwaan atau si pembunuh
karena membela diri tanggung jawab moralnya lebih ringan.
Tindakan
manusia bisa membawa manusia itu sendiri kedalam kehancuran. Oleh karena itu,
pertimbangan dalam melakukan sebuah tindakan itu sangat perlu dicermati dan
diteliti sehingga tindakan yang kita ambil tidak salah. Oleh sebab itu,
pendidikan moral bagi kaum muda katolik, merupakan salah satu upaya dalam
keprihatinan moral bagi kuam muda katolok yang mana menyangkut masalah
mengambil suatu tindakan dalam keputusan dan tingkah laku atau prilaku hidup
sehari-hari dan segala macam masalah yang dihadapi. Sehingga para kaum muda
katolik, dapat menyelesaikan masalah serta dapat mengambil keputusan dan
tindakan dalam suatu masalah yang ada. Dengan demikian, tujuan moral sebagai
cara atau jalan keluar dalam menghadapi masalah, berarti moral juga sebagai
sebagai teladan atau contoh bagaimana caranya dalam menghadapi suatu masalah.
Dengan demikian, moral mempunyai tugas untuk mempersiapkan manusia melewati
tindakan-tindakan yang harus disertai keputusan dan tingkah laku tau prilaku
didalah hidup supaya mampu menerapkan hidup bermoral denga baik didalam
kehidupan.
Dalam
Kitab Suci memang tidak ada tertulis kata Moral, namun menurut arti kata dari
bahasa Yunani ”Mos” tunggal, ”Mores”
kebiasaan, kelakuan, kesusilaan yaitu tindakan dan perbuatan manusia dari segi
baik buruknya ditinjau dari hubungan dengan tujuan-tujuan hidup manusia
terakhir. Dan dalam Kitab Suci khususnya Perjanjian Baru kata-kata atau kalimat
yang menunjuk atau mengarah pada kata moral. Kata-kata itu adalah Suara hati
(Roma 2:15), Akal budi (Roma 7:22-23)Dan kita juga bisa lihat dalam Sepuluh
Perintah Allah. Yang mana dalam perintah yang pertama dan yang terakhir
mengandung moral dalam perintah-perintah tersebut, yang mana salah satunya
yaitu pada perintah yang ke lima yaitu : Jangan membunuh. Dalam perintah yang
kelima ini yaitu jangan membunuh, sanagat jelas sekali bahwa ada kaitannya dan pesan-pesan
moral didalam perintah tersebut.
Menurut
Thomas dari Aquino, dalam kesadaran moral yang paling dasariah (sinteresis)
manusia mengerti baik dan jahat dan oleh sebab itu, berjumpa dalam kehendak
Allah dan iman. Maka dengan belajar moral ini akan sangat membantu para kaum
muda katolik dalam kesadaran bermoral mereka, sehingga mereka bisa mengerti
akan hal yang baik dan benar. Sehingga pendidikan moral pada kaum muda katolik
sangat dibutuhkan mengingat yang mana kemajuan zaman yang sangat pesat sekarng
ini, membuat hampir semua dikalanggan anak muda, tidak lagi mementingkan
norma-norma yang berlaku dikarenakan kemajuaan teknologi maupun kehidupan yang
serba modern ini. Hal tersebut membuat orang lupa diri akan apa yang sebenarnya
menjadi sebuah kebutuhan dan keperluan dalam hidup sehari-hari. Hal tersebut
membuat orang akan lupa apa yang menjadi tanggung jawab utama mereka.
Didalam
kehidupan yang modern ini, banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan
khususnya pada kaum muda katolik. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang
mereka hadapi dalam zaman yang modern ini, khususnya dalam menggunakan teknoloi
serta menghadapi masalah-masalah yang ada didalam hidunya. Kesalahan tentu
tidak perlu terjadi, karena dapat dihindari walaupun dengan itu masalah belum
terpecahkan. Bagaimanapun juga, pertanyaan mengenai permulaan hidup manusia
mendahului diskusi tentang moralitas.
Dikemukakan
oleh Bartolomeus Medina pada tahun 1577 : dalam kebimbangan ini, seseorang
boleh mengikuti atau bertindak menurut pendapat yang mendukung kebebasan sejauh
pendapat itu memang berdasar, sekalipun ada pendapat yang berawanan yang
memungkinkan penafsiran yang lebih keras. Jika berhadapan dengan kebimbangan
fakta, maka pertama-pertama kita harus keluar dari sejumlah praduga dalam benak
kita. Hal itu diusahakan sedemikian rupa sehingga ditemukan kepastian dan
kejelasan mengenai fakta tertentu. Ada keharusan bagi orang untuk berbuat
apapun, termasuk mengambil keputusan yang berlaku seumur hidup. Jika keputusan
dapat ditunda, maka seseorang harus menunda agar dapat mempertimbangkannya
dengan lebih tenang. Jika keputusan tersebut sudah tidak lagi dapat ditunda
maka sangat perlu pertimbangan-pertimbangan moral yang jelas dalam tindakan
yang akan diambil.
Dari
sudut pandang psikologis, skrupulusitas seseorang muncul dari rasa takut
tersembunyi karena adanya tekanan dari dalam diri orang itu. Seseorang yang
skrupulussitas membutuhkan arahan yang jelas, teguh dan sekaligus baik.
Skrupulusitas adalah ketakutan yang menetap, menggangu dan tak beralasan yang
dialami seseorang.
5.
Tujuan Pendidikan Moral
Dalam
hal ini, ada pun tujuan pendidikan moral adalah ingin membentuk manusia
khususnya kaum muda katolik yang berkualitas. Artinya didalam hidup, kaum muda
katolik dapat bertindak dengan benar dan menjadi tepat dalam mengambil suatu
keputusan dalam setiap masalah yang sedang dihadapi. Yang mana dalam tujuan
moral ini, ingin sekali membantu para kaum muda katolik dalam menghadapi hidup.
Oleh sebab itu, moral menjadi sebagai salah satu cara mencarai jalan keluar
dalam bertindak serta mengambil keputusan yang bagaimana dan seperti apa dalam
masalah yang dihadapi. Mengingat yang mana pada zaman sekarang ini, banyak
sekali tantanggan terhadap hidup kaum muda pada umumnya. Hal tersebut sangat
perlu diperhatikan, sebab mengingat para kaum muda katolik adalah harapan atau
generasi Gereja kedepannya, berkembang atau tidaknya Gereja tergantung pada
para kaum muda. Oleh sebab itu, para kaum muda katolik sangat diharapkan mampu
dalam mengambil sebuah keputusan dan tindakan dalam tantangan dalam hidupnya.
6.
Pelaksana Moral
Manusia
dalam didalam hidupnya, tidak luput dari persoalan-persoalan yang menjadi
hambatan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, bagaiman persoalan tersebut bisa
dihadapi dengan baik. Banyak sekali manusia yang salah dalam menghadapi suatu
masalah, hal itu tidak terlepas karena tindakan serta keputusan yang diambil
dalam menghadapi masalah tersebut tidak tepat, akhirnya, merugikan diri sendiri
atau orang lain. Dalam permasalahan-permasalahan tersebut juga sering terjadi
pada kaum muda katolik. Yang mana menyebabkan kaum muda katolik menjadi muda
putus asa atau mudah menyerah dalam menghadapi masalah yang ada, sebagai berikut
ini :
a. Pertimbangan-pertimbangan
moral
Dalam
menghadapi masalah. Karena dengan pertimbangan-pertimbangan moral tersebut,
kita bisa dengan secara teliti dapat mengambil sebuah keputusan serta tindakan
apa yang akan kita ambil dalam menghadapi masalah yang ada.
b. Tindakan
dan keputusan
Para
kaum muda Katolik diharapkan mampu menerapkan pelaksana moral dalam hidupnya.
Sebab, moral sangat dibutuhkan dalam bidang apa pun terutama dalam menjalani
hidup ini, sehingga para kaum muda katolik tidak hanya mampu dalam menghadapi
masalah-masalah dalam kehidupannya secara pribadi, namun juga mampu menjadi
harapan Gerja dalam kemajuaan iman dala Gereja semakin berkembang.
7.
Moral Sebagai Keselamatan Hidup
Perkembangan
zaman yang sangat pesat ini membuat kita semakin lebih praktis dalam cara hidup
maupun berpikir. Hal tersebut dikarenakan pengaruh zaman yang modern ini. Ada
pun yang sangat perlu kita perhatikan yakni dalam menjalani hidup. Para kaum
muda katolik tak terlepas dari itu semua, banyak permasalahan-permasalahan yang
harus kita cari supaya kita dapat mengetahui bagaimana cara atau menyelesaikan
permasalahan itu semua.
Permasalahan
yang sedang kita hadapi, mengharuskan kita untuk memutuskan serta bertindak
dalam menghadapi masalah tersebut. Oleh sebab itu, moral dipandang sebagai
salah satu jalan keluar dalam menghadapi suatu masalah, karena didalam moral
mengatur tindakan dalam menjalankan hidup.
Dalam
La coscienza, Sabatino Majorano mengingatkan kita akan pengaruh perkembangan
zaman sekarang terhadap pembinaan hati nurani umat manusia. Sangat perlu
diperhatikan usaha pembinaan hati nurani terus-menerus sambil menyadari adanya
pengaruh media massa. Ini termasuk keperluaan mendesak. Cara hidup, berpikir,
dan bertindak manusia modern sudah banyak dipengaruhi oleh apa yang ditayangkan
dilayar televise, internet dan masih banyak lagi yang lain nya. Dalam hal ini,
manusia berpikir terlalu dangkal dengan menyenangkan diri dengan hal-hal yang
bukan menjadi suatu kewajiban pokok yang seharusnya ia lakukan.
Kita
juga harus bersedia belajar dari orang sekitar, entah itu teman, keluarga atau
orang lain dan mengamati cara orang-orang yang cerdas dalam bertindak. Yang
sangat perlu disingkirkan adalah ketidaktahuaan akan kenyataan dan
prinsip-prinsip moral dalam hidup. Tidak sedikit manusia yang bingung dan malah
tidak tahu berbuat apa pun dalam proses mengambil sebuah keputusan dalam
masalah yang ia sedang hadapi. Adanya keraguan apabila berda dalam
ketidakpastian mengambil keputusan atau tindakan. Berbagai macam masalah yang
ada, namun berbagai macam pula masalah yang tidak dapat dihadapi oleh manusia
dalam mengambil sebuah keputusan dalam masalah tersebut serta menduga keputusan
dan tidak tahu apa yang harus diputuskan atas masalah yang sedang ia hadapi.
Pusat
tindakan berdosa adalah kebebasan, yaitu pilihan untuk menentukan diri sendiri
yang terlepas dari pencipta. Dosa sebenarnya mengalir dari hati manusia yaitu
dengan kedalaman diri manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab
(lih. Mat 15:18-19). Dengan kebebasan yang
ada pada diri manusia, kita sebagai manusia yang memiliki akal budi mampu
memikirkan apa tindakan itu baik atau salah. Dari kebebasan tersebut, kita bisa
memilah antara yang menjadi keharusan atau yang tidak, maka kita bisa menjadi
lebih beharga dalam setiap tindakan kita.
Dalam
kehidupan kita sehari-hari, manusia tidak secara langsung berhubungan dengan
Tuhan, akan tetapi melalui dunia dan sesama. Dalam kehidupan manusia seharusnya
bertindak tertuju kepada kebaikan namun sebaliknya, manusia tidak mampu
membentuk pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
kebenaran. Tindakan manusia yang tertuju pada kebaikan sudah tidak mampu lagi
diwujudkan. Suatu kesalahan pada hari-hari yang lalu, tidak menjadi pelajaran
bagi manusia lagi. Dan mengagap itu semua sebagai suatu yang sudah menjadi
biasa.
8.
Hidup Orang Muda Katolik
Manusia
adalah makhluk yang dinamis, yang hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam
dinamika kehidupan ini. Dibutuhakan suatu proses dalam hidup manusia dalam
mencapai keutamaan hidupa dalam diri manusia secara individu manupun kelompok.
Kepribadaian diri manusia menjadikan manusia tersebut dalam menbentuk serta
menentukan watak atau tingkah laku manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia
dituntut untuk mampu berintereaksi atas diri
sendiri dan lingkungan hidupnya serta mampu menentukan mampu menentukan
keputusan dan menentukan diri-sendiri.
Tindakan muncul dari kehendak, yakni bagaiman manusia tersebut
mehendaki keputusan yang akan diambilnya. Hidup dan keberadaan manusia disoroti
dari pelbagai sudut pandang, dan berbagai macam masalah yang ada menbuat
manusia tersebut sukar dalam menentukan suatu keputusan dalam hidup. Melalui
keputusan hidup manusia memasukin proses diri yang sebenarnya. Manusia tidak
menjadi serba lain dari pada sebelumnya akan tetapi manusia mampu menjadi
dirinya sendiri sehingga kehidupan manusia itu sendiri dapat menjadi bermoral
apabila dalam hidup manusia dapat mengambil tindakan dalam keputusan yang
diambil.
Dalam
kehidupan ini banyaknya masalah- masalah yang menjadi suatu halangan manusia
khususnya kaum muda katolik dalam menjalani hidup. Adapun masalah- masalah
tersebut menjadi rumit dikarenakan para kaum muda katolik tidak bisa menyelesaikan
permasalahan tersebut. Sementara itu, keputusan tidak menjadi autentik apabila
keputusan itu tidak menunjukan pada suatu keyakinan, penilaian dan objektivitas
bersama. Keputusan bisa menjadi autentik kalau tidak beerhubungan dengan
disposisi individu sebagai hasil sosialisasi dan sejarah pribadi manusia.
Keputusan moral adalah yang diikehendaki seseorang melalui tindakan serta
kemungkinan yang sama untuk memutuskan sesuatu yang sesuai dengan cara
tertentu.
Didalam
kehidupan zaman modern ini., para kaum muda katolik jarang sekali memegang
peran kunci dalam suatu proses keputusan moral. Hal tersebut dipengaruhi oleh
perkembangan tekhnologi dan kemajuan- kemajuan dibidang lainnya. Para kaum muda
katolik tidak lagi mementingkan suatu kewajiban dalam hidup, sehingga mereka
bingung bagaimana caranya dalam memutuskan suatu masalah atau hal- hal yang
mereka hadapi. Dalam mengambil
keputusan–keputusan didalam hidup, hendaknya membutuhkan pertimbangan-
pertimbangan moral supaya keputusan yang diambil tidak salah dan merugikan diri
sendiri maupun orang lain.
9. Manfaat
Pendidikan Moral
a. Kemerosotan
Moral
Runtuhnya peradapan bangsa Indonesia
yang sangat merosot mulai dari semua jajaran pemerintah maupun swasta pembinaan
watak serta pribadi manusia sudah tidak lagi diutamakan sehingga mengakibatkan
banyaknya penyimpangan- penyimpangan moral dalam hidup. Didalam bidang
pendidikan para pendidik atau guru belum bisa menjadi teladan hidup bermoral.
Penerapan moral dalam dunia pendidikan masih belum diterapkan, sehingga
moralitas khususnya dalam dunia pendidikan masih sangat memprihatinkan. Kunci
pembinaan dan pembangunan kemanusiaan sangat erat dengan dunia pendidikan.
Pendidikan juga menjadi dasar dalam menerapkan moralitas pada setiap pribadi
siswa sehingga dalam diri siswa sanggup memberi teladan dalam hidup bermoral
dengan baik.
b.
Pentingnya Moral Didalam Hidup
Mengingat pentingnya pendidikan moral
bukan hanya mendorong manusia untuk hidup sejahtera namun untuk membina
karakter manusia tersebut dengan baik. Kemerosotan moral telah melanda hidup
manusia hampir dalam semua bidang hidup sosial, serta tindakan- tindakan
criminal, diskriminasi, penyelewenagan, serta kecurangan- kecurangan dalam
bidang politik.
Beraneka ragam konflik serta kerusuhan
sosial khususnya di Indonesia melanda begitu cepat, yang mana hal tersebut
dikarenakan kurang adanya moralitas bangsa yang mengakibatkan konflik- konflik
dan kerusuhan itu terjadi. Sementara itu perbedaan golongan masyarakat,
profesi, status sosial menjadi masalah utama dalam masyarakat yang mana
mengakibatkan perbedaan- perbedaan tersebut.
Oleh sebab itu pendidikan moral sangat
–sangat diperlukan khususnya bagi para kaum muda katolik dalam menjalani hidup
ini yang mana, dalam hidup ini mengalami masalah- masalah yang tak terlepas
dalam mengambil keputusan- keputusan dan tindakan didalam hidup. Tangguang
jawab sosial serta individu dalam kehidupan bersama para kaum muda katolik
ditunut untuk memberikan teladan dalam
hidup. Perlu dengan keseriusan menanggapi masalah- masalah yang muncul
khususnya penyelesaian masalah moral tidak hanya berpatokan pada prinsip-
prinsip hukum yang bersifat inpersonal. Penerimaan tanggung jawab merupakan
bagian para kaum muda katolik dalam menjalani hidup sebagai teladan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahon,
Lukas. 2013. Diktat Kuliah Moral Dekalog.STP St. Agustinus Pontianak.
Alkitab Deuterokanonika.
2006. Jakarta lai
Bertens,
K. 2003. Keprihatinan Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
Chang,
William. 2013. Moral Dasar (sebuah
Pengantar). Yogyakarta: Kanisius.
Higgins,
Gregory C. 2006. Dilema Moral Zaman Ini. Yogyakarta: Kanisius.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. 2027.
Konferensi
Wali Gereja Indonesia. 1996. “Iman
Katolik”. Yogyakarta : Kanisius.
Konferensi
Wali Gereja Indonesia. 2006. “ Kitab
Hukum Kanonik Edisi Resmi
Bahasa
Indonesia”. Jakarta : Konferensi Wali Gereja Indonesia.
Lalu,
Yosef. 2005. “ Katekese Umat ”.
Jakarta : KWI
SJ,
Bernhard Kieser.1987. Moral Dasar (Kaitan
Iman dan Perbuatan). Yogyakarta: Kanisius.
Suseno,
Franz Magnis. 2008. “ Etika Kebangsaan
Etika Kemanusiaan ”.
Yogyakarta
: Kanisius.
Tangdilintin,
Philips. 2008. “ Pembinaan Generasi Muda
Dengan Proses
Manejerial
Vosram ”. Yogyakarta : Kanisius.
LAMPIRAN
I
PEDOMAN
WAWANCARA
I. Wawancara dengan
Ketua Dewan Paroki
1. Bagaimana kegiatan rohani Orang Muda Katolik di
Stasi Santa Teresia Cupang
Belungai Paroki Hati
Kudus Yesus Rawak
Keuskupan Sanggau ?
2. Apa-apa saja program kegiatan rohani
Orang Muda Katolik di Paroki Jeruju
Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung
Pontianak ?
3. Bagaimana partisipasi Orang Muda
Katolik di Paroki Jeruju Gereja Santa
Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak dalam mengikuti kegiatan rohani?
4. Bagaimana hidup kemasyarakatan Orang
Muda Katolik di Paroki Jeruju Gereja
Santa Perawan Maria Keuskupan Agung
Pontianak ?
II. Wawancara dengan
Katekis
1.
Apakah kegiatan pembinaan iman bagai Orang Muda Katolik di Paroki Jeruju
Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak yang dirancang
guna menyadarkan mereka dalam hidup bermasyarakat sebagai manusia
yang berpolitik ?
2. Sejauh mana pemahaman politik yang
dimiliki Orang Muda Katolik di Paroki
Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan
Agung Pontianak ?
3. Apakah sudah pernah diadakan
pendidikan politik bagi Orang Muda Katolik di
Paroki Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak
melalui katekese umat ?
LAMPIRAN
II
PEDOMAN
OBSERVASI
1.
Bagaimana situasi kehidupan bermasyarakat Orang Muda Katolik di Paroki
Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan
Agung Pontianak ?
2.
Bagaimana segi ekonomi, pendidikan, keagamaan Orang Muda Katolik di
Sekitar
Paroki Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak?
3.
Bagaimana keterlibatan Orang Muda Katolik dalam mengikuti pendalaman
Iman atau katekese ?
4.
Bagaimana kesadaran Orang Muda Katolik dalam menjalani kehidupan politik?