Minggu, 13 April 2014

MENGAMBIL ROH PADI DENGAN MAKAN PADI BARU DALAM TRADISI DAYAK SAWE

                   TRADISI DAYAK SAWE
Ø  EMBUAT SEMONGAT PADI TAMBAH MAKAN’T PADI BAHU (DALAM BAHASA DAYAK SAWE)

Embuat semongat padi tambah makant padi bahu kami uyang Sawe, pada awal’e udah nggotam padi. Pada saat inyaa’am kami besuko”or atas padi yang ade kami nggotam. agi joman dolu tek, bala atu’ kami embuat pehato”or  pituk nya’am sampe saat ntuk agik ade sahim. Embuat semongat padi tambah makan padi bahu istilah’e pada joman ntuk, besuko”or ke Duata atas ope yang udah dibohik Duata atau besuko”or ke Duata atas hahmat’e yang udah embohik dan enjaga padi sampe tau digotam. Biasa’e kami uyang Sawe bila udah nggotam padi dan langsung makan padi bahu kami pun embaik upa entuk: tuak sebotol, paku, bohas bahu sikit tambah engkayu yang ulih dahi uma kite nyak. kami yang ade di Kalah Tawangk atau uma nyak, mulai bebaca atau berdoa ngucapkan terima suko”or atas ope yang udah dibohik dan enjaga padi kami sampe kami nggotam padi kami.Ndak lupa gak, pahato”or kami uyang Sawe bila makan padi bahu pasti ade yang nama’e Ompint. pahato”or kami uyang Sawe, bila uyang ndak embuat ompint bila inye makant padi bahu, maka’e inye nyak endak sah dan endak dianggap atau penda makant padi bahu. Entu’ump kami uyang Sawe bila uyang Sawe embuat semongat padi tambah makant padi bahu selalu mengucap suko”or ke Duata. Pitu’am cehita kami uyang “ Dayak Sawe” bila makantt padi bahu endak lupa besuko”or selalu ke Duata atas ope yang udah Duata bohi ke kami.


1.1. MENGAMBIL ROH PADI DENGAN MAKAN PADI BARU (TERJEMAHAN)
Mengambil roh padi dengan makan padi baru bagi kami masyarakat Sawe, pada awalnya sudah panen padi. Pada saat itulah kami bersyukur atas padi yang telah kami panen. pada zaman dahulu kala, orang tua-tua kami membuat peraturan seperti ini, hingga sampai saat ini kebiasaan seperti ini tetap dilestarikan. Mengambil roh padi dan makan padi baru, istilahnya pada zaman sekarang bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan Tuhan atau bersyukur kepada Tuhan atas apa yang sudah diberikan Tuhan atau bersyukur kepada Tuhan atas rahmatNya yang telah memberi dan menjaga padi hingga bisa dipanen. Karena peraturan ini tidak melanggar aturan-aturan agama, makanya sampai saat ini tradisi semacam ini masih tetap dilestarikan.

Biasanya kami orang Sawe, bila sudah panen padi dan langsung makan padi baru. Kami pun membawa beberapa hal yang tidak terlepas dari kebiasaan kami yakni terdiri dari sebotol tuak yang dibuat dari beras ketan hasil berladang, paku beserta sayur-sayuran hasil berladang tersebut. Upacara semacam ini biasanya dilaksanakan di pondok ladang. Di pondok itulah kami berkumpul dan mulai berdoa mengucap syukur atas Sang Pencipta karena telah memberikan hasil panen yang baik danm menjaga tanaman yang ada di ladang sehingga kami dapat menikmati hasilnya. Tidak lupa juga, peraturan kami orang Sawe bila makan padi baru tidak asing dengan yang namanya “ompint” (nama makanan dalam bahasa Dayak Sawe yakni semacam penganan/ makanan yang terbuat dari padi yang telah di onseng dan ditumbuk hingga gepeng dan dicampur dengan gula atau induk gula). Disaat orang Sawe makan padi baru selalu membuat penganan semcam itu, dan ini adalah tradisi turun-temurun dari para sesepuh pada zaman dahulu. Kami memiliki kepercayaan bahwa jikan penganan/ makanan semcam itu tidak dibuat pada saat upacara maka tidak sah lah upacara makan padi baru. Beginilah cerita kami orang Dayak Sawe bila makan padi baru dengan mengambil roh padi, kami orang Sawe selalu bersyukur kepada Tuhan atas hasil panen yang sudah kami terima.

*      HUBUNGAN PACARA MENGAMBIL ROH PADI DAN MAKAN PADI BARU DENGAN AGAMA(KATOLIK)

Telah tertulis jelas bahwa, adat-istiadat orang Sawe terutama dalam upacara mengambil Roh Padi dan  makan padi baru bersama-sama adalah suatu wujud syukur dan terimakasih masyarakat Sawe kepada sang Pencipta atas hasil panen padi. Setiap usaha mereka sealalu berhasil dan atas keberhasilan mereka khususnya dalam berladang karena mata pencaharian masyarakat Sawe pada umumnya adalah berladang berpindah-pindah dan ini merupakan tradisi turun-temurun. Hal ini mau menunjukan bahwa masyarakat Sawe memiliki kepercayaan bahwa adanya peranan Sang Pencipta yang menguasai bumi dan menciptakan segalanya sehingga mereka sadar dan percaya kepada Sang Pencipta, maka dibuatlah suatu upacara khusus berupa penghormatan kepada Tuhan yang telah memberikan hasil panen yang berlimpah.

Dalam agama juga ada suatu upacara pemberkatan benih padi dan pemberkatan alat-alat untuk berladang seperti cangkul, parang dan lain sebagaianya. Maka, dari sebab itu tampak jelas sekali ada hubungan yang sangat erat terutama dalam tujuan dari upacara tersebut yakni berupa ucapan syukur kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta yang telah menciptakan segala isi bumi hal ini jelas juga mau menunjukkan bahwa Masyarakat Sawe sangat menghormati Tuhan.

Yang menjadi masalah disini adalah struktur upacaranya, bahwa dalam tata upacara adat Masyarakat Sawe terdapat sarana yang sedikit agak rancu bila dipandang dari segi agama, sarana itu berupa paku. Paku di percaya oleh masyarakat Dayak Sawe sebagai suatu penguat semangat/ roh bagi padi. hal ini tentu ada semacam “penyembahan berhala” terhadap paku tersebut, selain itu juga hal yang cukup rancu jika dipandang deri segi agama bahwa masyarakat Dayak Sawe mempercayai padi meiliki roh. Namun, hal ini bukan berarti mengurangi tujuan utama dari upacara tersebut yakni penghormatan dan ucapan syukur dan terimakasih kepada “Duata/Petaha” (Tuhan).

Kesamaan dalam hal tujuan antara upacara adat dayak Sawe “mengambil roh padi dan makan padi baru” dengan upacara pemberkatan benih dan alat-alat bekerja dalam agama (pemmberkatan barang atau alat-alat Sakramentali) menunjukkan korelasi dan relevansi yang sangat jelas sekali, dan hal ini mau menunjukkan bahwa masyarakat Dayak Sawe percaya akan adanya Tuhan sang Pencipta ini membuktikan bahwa adanya unsur spiritualitas dari masyarakat Dayak Sawe.

A.      KESIMPULAN
Secara keseluruhan telah dijelaskan bahwa antara upacara adat Dayak Sawe sangat erat hubungannya dengan agama, hal ini jelas terlihat dalam hal tujuan utama dari upacara tersebut yakni mau menunjukkan suatu ucapan syukur kepada sang Pencipta atas hasil bumi dan lain sebagainya. Hal ini jugalah yang sedikit-banyak menunjukkan adanya semacam “inkulturasi” yakni memasukkan budaya tradisional ke dalam tata upacara agama yang telah disepakati dan di setujui bersama tentunya dengan tidak melanggar kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat dan khususnya dipandang dari kaca mata iman Kristiani.

Minggu, 23 Maret 2014

PROPOSAL PENELITIAN



PROPOSAL PENELITIAN
A.     Judul Penelitian
Pendidikan Moral bagi Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak Keuskupan Sanggau melalui Katekese Umat.
B.     Latar Belakang
        Melihat masalah-masalah dizaman sekarang, terutama da orang muda Katolik, banyak juga diantara mereka masih bingung dalam menghadapi masalah serta bingung dalam mengambil suatu keputusan. Hal tersebut dikarenakan para orang muda Katolik takut salah dalam mengambil sebuah keputusan dalam masalah yang sedang mereka hadapi. Semuanya itu tidak lepas dikarenakan kurangnya moralitas dalam diri seseorang sehingga takut salah dalam mengambil suatu tindakan. Permasalah-permasalahan itu sebenarnya harus diatasi, sebab apabila para kaum muda Katolik sudah ragu atau takut dalam mengambil sebuah keputusan dalam suatu masalah, maka bagaimana mereka bisa menjadi harapan gereja dalam mengembangkan gereja kedepan nya, dan bagaimana kaum muda Katolik yang sebagai generasi Gereja bisa mengembangkan Gereja yang mana sesuai dengan tugas-tugas sebagai orang Katolik.
        Seringkali kita mendengar tindakan-tindakan kriminal di- media massa  seperti; televisi, koran, radio dan lain-lain. Hal tersebut terjadi karena kita sebagai mahluk sosial tidak lagi saling menghargai antara sesama. Dan juga dikalangan pemerintah (sipil dan nonsipil) tidak luput dari penyalahgunaan kuasa, korupsi, dan tindakan kekerasan. Beberapa kelompok pelajar dan mahasiswa makin mahir tawuran. Sementara itu, manusia tidak lagi menganggap sesamanya sebagai manusia yang seharusnya dihargai dan dihormati. Manusia tega menghabiskan nyawa sesamanya begitu saja. Dan manusia seringkali menjadi serigala bagi sesamanya.
        Harus diakui, proses pembinaan watak pada setiap pribadi manusia, terutama melalui jalur pendidikan formal, masih memprihatinkan. Banyak pendidik belum sanggup memberikan hidup teladan dalam bidang hidup bermoral dengan baik. Penerapan kebijakan dalam dunia pendidikan formal masih menerapkan standar ganda. Pendidikan dasar tentang nilai-nilai moral, seperti cinta kasih, kebaikan, keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab moral mutlak diterapkan oleh setiap lembaga pendidikan formal dan non-formal. Kesadaran akan nilai-nilai luhur ini akan mendorong anggota masyarakat sipil untuk mengutamakan dan mewujudkan kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan sosial.
        Pentingnya pendidikan moral bukan hanya untuk mereka yang duduk di bangku sekolah, tetapi juga untuk segenap lapisan dan golongan masyarakat yang berbeda profesi dan setatus sosial. Hal tersebut dikarenakan kemerosotan moral telah melanda hampir semua bidang hidup sosial masyarakat, seperti rumah tangga, sekolah/universitas, kantor-kantor pemerintahan/swasta, sipil, militer, tempat-tempat ibadat, pasar, warung kopi, diskotik, dan lain-lain. Tindakan kriminal, pelanggaran HAM, korupsi besar-besaran, diskriminasi, kecurangan dalam bidang polotik, serta penyelewengandana-dana lainya. Dengan kata lain boleh dikata kan bahwa hidup bermoral pada setiap individu pada diri manusia sangat rendah.
        Etika Kristen adalah menentukan tingkah laku yang pantas atau tidak pantas bagi umat Kristiani. Membuat suatu keputusan tentang hal yang benar dan yang salah itu sulit, tetapi ini penting bagi umat Kristian dan sering kali menimbulkan kegelisahan, terutam bagi kaum muda komunitas umat kristiani. Kegelisan ini sebagian muncul ke permukaan karena refleksi etik Kristen menyebabkan beban-bebab moral yang harus dipikul dan yang ditanggung. Iman Kristiani membuat tuntutan-tuntutan kepada mereka yang mengimaninya. Kita diajar untuk memikuli salib dan mengikuti Kristus. Maka dari itu, etika Kristen memperkenalkan beban-beban moral tersebut sebagai hal yang sudah selayaknya ditanggung oleh umat Kristiani secara benar. Penting bagi kita mendiskusikan permasalahan-permasalahan dengan orang-orang disekitar kita. Jika kita pernah dihadapkan pada keputusan-keputusan menyangkut permasalahan-permasalah, maka pertimbangan yang digunakan sebelumnya terbukti sangat membantu pada saat-saat yang kritis.
        Meskipun demikian, hal ini tidak mengingkari kenyataan bahwa hidup kita sehari-hari tidak melulu digunakan untuk memutuskan hal-hal yang sangat penting. Kebanyakan dari kita, atas kehendak Tuhan, tidak akan dihadapkan pada pilihan membiarkan hidup kita dalam kesulitan. Melainkan, kita menghabiskan sebagian besar waktu kita ketika di kolese bersama kedua orang tua, kakak-adik, teman-teman satu kamar, dan teman-teman lainya. Ketika dewasa kita lebih sering dihadapkan pada hubungan dengan pasangan suami­/istri, anak-anak, rekan-rekan kerja, teman-teman, dan para tetangga.
        Cara kita berinteraksi dengan keluarga kita, pasangan suami atau istri, teman-teman laki-laki atau perempuan, teman-teman satu kamar, atau mereka yang menyajikan makanan siang di ruang makan, memberikan petunjuk yang lebih akurat mengenai tinggi rendahnya moralitas kita dibandingkan cara kita merespons krisis yang hanya kadang kala kita hadapi. Segala permasalah-permasalah yang kita hadapi didalam hidup ini, terkadang membawa kita dalam penentuan atau mengambi langkah serta mengambil keputusan yang sangat sulit, sehingga keputusan yang kita ambil tersebut tidak jarang salah atau tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Oleh sebab itu, kita perlu adanya semacam motivasi atau dorongan serta berdiskusi dengan orang lain atas permasalahan yang sedang kita hadapi. Dengan begitu kita dapat memutuskan permasalahan serta mengambil keputusan yang tepat.
        Dalam hal ini, pentingnya pendidikan moral bagi kaum muda katolik sebagai mana yang kita ketahui mennggingatkan bahwa rendah nya hidup bermoral bagi kaum muda katolik. Oleh sebab itu, penulis mengangkat atau memilih judul ini yang mana, Pendidikan Moral bagi Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak Keuskupan Sanggau melalui Katekese Umat.
 dalam meninggkatkan moral kaum muda katolik.

C.     Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang diatas, oleh sebab itu maka masalah penulisannya dapat dirumuskan sebagai berikut ”Apakah pendidikan moral dapat mengatasi kehidupan para orang muda Katolik?”
        Dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka rumusan petanyaan nya sebagai berikut :
1.      Bagaimana kehidupan bermoral orang muda katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak?
2.      Apa yang menjadi hambatan orang muda katolik dalam hidup bermoral di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak?
3.      Bagaimana pendidikan moral mampu meningkatkan kehidupan bermoral bagi orang muda katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak?

D.    Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti ini adalah sebagai berikut ;
1.      Mendeskripsikan situasi kehidupan moral kaum muda katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak.
2.      Mendeskripsikan faktor yang menjadi penghambat bagi kaum muda katolik dalam hidup bermoral di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak.
3.      Mendeskripsikan pendidikan moral sebagai upaya meningkatkan kehidupan bagi kaum muda katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Kudus Yesus Rawak.

E.     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
      Secara teoritis, manfaat penulisan proposal ini adalah untuk memperluas wawasan dan menambah ilmu pengetahuan, baik penulis sendiri maupun pembaca. Tulisan ini juga dapat digunakan untuk mendalami apa yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan umat sebagai anggota Gereja dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Gereja Katolik.
2.      Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari tulisan ini terdiri dari manfaat praktis bagi penulis, umat dan Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Pontianak. Yang dapat diuraikan dan dijelaskan secara lengkap sebagai berikut:
a.    Bagi Penulis
Hasil penelitian ini akan penulis jadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis tentang pendidikan moral bagi Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia Cupang Belungai Paroki Hati Yesus Rawak Keuskupan Sanggau melalui Katekese Umat. Hasil penelitian ini juga akan penulis jadikan sebagai bahan refleksi pribadi untuk lebih hidup baik ke depan nya, di Stasi Santa Teresia Paroki Hati Kudus Yesus Keuskupan Sanggau.
b.    Orang Muda Katolik (OMK) di Stasi Santa Teresia
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perenungan bagi Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia untuk memebaharui hidup sebagai generasi tugas sebagai anggota Gereja dan murid Kristus.
c.    Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Pontianak
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian tentang proses Moralitas yang dapat dilakukan untuk pendidikan moral dalam bagi mahasiswa-mahasiswi pada Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan untuk menambah perbendaharaan buku-buku pada perpustakaan Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak.

F.      Penjelasan Istilah
            Supaya tidak terjadinya salah paham antara pembaca dan penulis, maka perlu kiranya dijelaskan beberapa istilah-istilah sebagai berikut:
1. Masyarakat
            Menurut Abdullah Idi ( 2011:38 ) , masyarakat adalah di mana sekelompok manusia yang hidup bersama mempunyai tempat atau daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama di mana masing-masing anggotanya saling berinteraksi. Jadi masyarakat ialah, di mana orang-orang yang tinggal bersama-sama dan saling mempengaruhi, baik di daerah, maupun secara mendunia dapat saling mempengaruhi, karena manusia hidupnya selalu saling mempengaruhi.
            2. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama ( Idi, 2011:194 ). Jadi pendidikan adalah suatu usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi seseorang untuk dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapakan.
3.      Iman
Iman adalah tanggapan manusia terhadap Wahyu Allah, atau penyerahan diri secara total kepada Allah ( Iman Katolik,1996:128 ). Jadi iman adalah sebuah interaksi manusia dan Allah.
4.       Intelektual
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, intelektual adalah, cerdas, berakal, berpikiran jernih, kecerdasan tinggi, cendikiawan (Nirmala dan Pratama,2003:167 ). Jadi intelektual adalah berkaitan dengan kemampuan manusia dalam berpikir cerdas, atau pandai, adan terdidik.


5.       Ideologi
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; paham, teori dan tujuan yang berpadu merupakan satu program sosial politik ( Nirmala dan Pratama, 2003:155 ). Jadi dapat dimengerti ideologi adalah bersangkutan dengan falsafah dasar tentang kenegaraaan.
6.      Negara
Negara menurut kamus lengkap bahsa Indonesia ialah, persekutuan Bangsa dalam suatu daerah tertentu batas-batasnya yang diperintah, dan diurus oleh badan pemerintah yang teratur (Nirmala dan Pranata, 2003:278). Maka dapat dimengerti juga bahwa Negara adalah dapat terdiri dari berbagai Bangsa tetapi bersatu dalam suatu Negara, meski berbeda pulau, atau daerah dan asal-usul.

7.      Bangsa
Di dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, Bangsa adalah, kesatuan dari orang-orang yang bersama asal keturunan, bahasa, adat istiadat, dan sejarahnya, yang mempunyai asal-usul dan sifat yang khas ( Nirmala dan Pranata 2003:68 ). Maka Bangsa adalah suatu kesatuan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang memiliki nasib yang sama.
8.      Katekese Umat
                    Katekese umat sering dikatakan , katekese dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Katekese umat adalah komunikasi iman atau sharing pengalaman iman akan Yesus Kristus sesama umat Allah ( Lalu,2007:62 ). Dapat juga dipahami katekese umat adalah tukar menukar pengalaman iman dan di dalamnya umat saling menguatkan, dan bersama-sama membicarakan permasalhan yang dihadai dan mencari jalan keluarnya dalam terang Kitab Suci.
9.       Sosiologi
Sosiologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan berkenaan dengan Masyarakat atau yang berobjek Masyarakat manusia ( Idi, 2011:39 ). Jadi sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari interaksi atau gejala yang terjadi di dalam Masyarakat.

G. Landasan Teori
1. Orang Muda Katolik
a. Pengertian Orang Muda Katolik
Menurut buku; Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda, dan Keputusan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda No.01/Bk Tahun 1982 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda, mengatakan :
“Orang Muda Katolik adalah mereka yang memiliki rentang usia tiga belas tahun sampai dengan tiga puluh lima tahun”.
Orang Muda Katolik adalah termasuk dalam anggota Gereja Katolik, dan sebagai kaum awam Gereja, dan Orang Muda Katolik dipandang sebagai generasi muda yang sedang berkembang sebagai penerus Gereja, dan Bangsa Indonesia.
b. Ciri Khas Orang Muda Katolik
Orang Muda Katolik adalah pribadi yang berkembang, dan dikenal memiliki ciri khas, dan keunikan tersendiri, yaitu orang muda yang memiliki Kristus dan memiliki Bangsa Indonesia.  Orang Muda Katolik pada umumnya memiliki semangat yang tinggi, serta masih berusaha mencapai kedewasaan, atau masih  dalam tahap pencarian jati diri, mereka mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai, dan pengalaman tertentu, serta masalah, dan kebutuhan yang perlu dipahami.
c. Orang Muda Katolik dan Keluarga
Keluarga adalah dasar kehidupan sosial, dimana sejak kecil orang dapat belajar menghormati Allah, dan mempergunakan kebebasan secara benar. Orang Muda Katolik merasa terlindungi jika hidup bersama dengan keluarga, dan sebagai kaum muda, maka Orang Muda Katolik adalah penerus keluarga, yang mengemban tugas untuk memperbaiki kehidupan keluarga, dan dapat menjadi contoh yang baik bagi keluarga, serta pada umumnya belum dapat sepenuhnya terlepas dari peran keluarga dalam mengarungi kehidupan.

d. Orang Muda Katolik dengan Sebaya
Orang Muda Katolik memiliki keinginan untuk menemukan sahabat sejati, dan orang-orang yang dapat diajak bekerjasama. Bagi mereka seorang sahabat sejati, memiliki keterbukaan, kejujuran, dan dapat dipercayai. Tidak menutup kemungkinan seorang sahabat dapat menjadi lebih dipercayai dibandingkan keluarga sendiri, karena dianggap memiliki kedekatan yang lebih dapat saling memahami, dan saling mengerti akan kebutuhan masing-masing.
Orang Muda Katolik dituntut untuk dapat memilah-milah pergaulan, supaya tidak terjerumus di dalam pergaulan yang salah, yaitu pergaulan yang membuat Orang Muda Katolik untuk cenderung menjadi malas, dan kehilangan semangat juang, serta terjerumus ke dalam pergaulan bebas, serta tindak kriminal. Dan semua hal-hal tersebut harus dihindari oleh Orang Muda Katolik.
e. Orang Muda Katolik dengan Masyarakat
Orang Muda Katolik tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena Orang Muda Katolik adalah bagian dari masyarakat, dan hidup saling berdampingan dengan orang lain, yang berbeda suka, bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda pula, dan boleh dikatakan bahwa Orang Muda Katolik hidup di dalam masyarakat yang pluralis, yaitu hidup di tengah-tengah perbedaan yang terdapat di dalam Bangsa Indonesia.
Orang Muda Katolik dituntut untuk ambil bagian dalam menciptakan keharmonisan hidup di dalam mewujudkan cinta, dan kasih bagi sesama, dan berpartisipasi untuk memperjuangkan kebenaran, dan keadilan sebagai anggota masyarakat dan penerus Bangsa Indonesia yang bertanggung jawab, kemudian diharapkan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat luas.
f. Kehidupan Rohani Orang Muda Katolik
Orang Muda Katolik seharusnya berani mengakui identitas diri mereka sebagai pengikut Yesus Kristus, dan mencerminkan kepribadian diri yang bersumber dari Yesus Kristus dalam menjalankan proses kehidupan sehari-hari. Setiap tindakan Orang Muda Katolik harus terinspirasi oleh Yesus Kristus yang tidak kenal lelah dalam memperjuangkan kebenaran, dan tidak hanya itu melainkan juga mengimani Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan penyelamat.
Yesus Kristus adalah Allah yang menyelamatkan, yang menjelma menjadi manusia, kemudian hidup bersama-sama dengan manusia, yang pernah datang dan hidup dua ribu tahun yang lalu. Kepercayaan ini kemudian ditanggapi, dan sebagai dasar iman Katolik yang dianut olah para Orang Muda Katolik.
Iman sebagai suatu ikatan pribadi manusia kepada Allah, pengalaman dicintai oleh Allah memberikan kebahagiaan sejati, meskipun demikian jika beriman secara personal atau bersifat pribadi tidaklah cukup bagi Orang Muda Katolik, iman tersebut perlu diwujudkan di dalam kehidupan sosial atau memiliki iman yang bersifat sosial, yaitu iman yang diterapkan terhadap sesama, sehingga iman tersebut tidak menjadi mati karena selalu dipraktekkan dan dikembangkan.
g. Moralitas Orang Muda Katolik
Moralitas pada dasarnya mengarahkan Orang Muda Katolik pada suatu asas, dan nilai yang sangat mendasar, dan berasal dari kepribadian kita sendiri yang mengajarkan tentang sikap kesopanan, dan apa yang boleh, dan yang tidak boleh dilakukan. Moralitas dapat direalisasikan melalui tindakan-tindakan yang positif, seperti, menghargai orang lain, menolong sesama, memiliki sikap humanisme, dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Pola interaksi yang terjadi dalam masyarakat dapat menciptakan dasar nilai-nilai moralitas, dan moralitas dapat berubah seiring dengan perjalanan waktu, dan tergantung situasi dari suatu masyarakat, karena moralitas berkaitan erat dengan tatanan hidup manusia yang masuk di dalam sistem kehidupan masyarakat. Maka Orang Muda Katolik harus mampu menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral, dan ajaran tentang moral Katolik dapat dilihat dalam buku Doa-Ku, sebagai berikut;
“Tuhan bersabda: Akulah Tuhan Allahmu; perintah pertama, jangan memuja berhala berbaktilah kepada-Ku saja dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu. Perintah kedua, jangan menyebut nama Allah Tuhanmu tidak dengan hormat. Perintah ketiga, kuduskanlah hari Tuhan. Perintah yang keempat, hormatilah ibu-bapamu. Perintah kelima, jangan membunuh. Perintah keenam, jangan berbuat cabul. Perintah ketujuh, jangan mencuri. Perintah kedelapan, jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu manusia. Perintah kesembilan, jangan ingin berbuat cabul. Perintah kesepuluh, jangan ingin akan milik sesamamu manusia secara tidak adil”. ( Doa-Ku:16 ).
Moral Katolik mengarahkan seluruh hidup manusia dan termasuk Orang Muda Katolik untuk tetap berada dalam ruang lingkup keinginan Allah sebagai penyelenggara kehidupan, dan ajaran moral ini perlu dipatuhi Oleh Orang Muda Katolik, dan ini sesungguhnya adalah perintah Allah, yang kemudian sudah seharusnya menjadi pedoman Orang Muda Katolik dalam berpikir, dan bertindak. Moral Katolik sangat penting untuk mengatur tabiat manusia, dan hendaknya harus dilestarikan, serta sudah seharusnya tidak dilanggar oleh Orang Muda Katolik.
Ada beberapa dasar sikap yang harus dimiliki oleh para Orang Muda Katolik menurut Paus Benediktus XVI yakni, semangat Kristianitas (bersumber dari Yesus Kristus ), intelektualitas ( mampu menggunakan akal pikiran ), dan fraternitas (meniru sifat Bapa yang mampu mengayomi, dan menjadi contoh yang baik, serta sebagai sang pemimpin ). Kaum muda dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam memerangi berbagai permasalahan sosial dengan menggunakan kecerdasan berpikir,dan mampu menjadi pemimpin yang baik untuk dirinya sendiri, maupun bagi orang lain, dan semuanya itu bersumber dari ajaran Yesus Kristus, sebagai tanggung jawab moral manusia kepada Allah maka manusia harus melaksanakan perintah-Nya untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap sesama dengan memegang nilai-nilai moralitas Katolik.

h. Tugas Orang Muda Katolik   
1). Orang Muda Katolik Sebagai Penerus Gereja
Orang Muda Katolik adalah penerus masa depan Gereja, karena Orang Muda Katolik memiliki tugas sebagai penerus Gereja, maka pertama-tama menyadari dirinya bahwa sebagai anggota Gereja yang mewarisi kekayaan Gereja, dan hidup Orang Muda Katolik tidak terlepas dari peran, dan tanggung-jawab Gereja. Kemajuan Gereja terletak di pundak penerus Gereja, dan salah satunya adalah Orang Muda Katolik, dalam menyadari situasi ini maka Orang Muda Katolik harus memiliki kualitas, dan kemampuan, atau keterampilan dalam mengembangkan Gereja di tengah-tengah dunia ini.
Orang Muda Katolik sudah semestinya memiliki kesadaran dalam mengembangkan kualitas, baik secara intelektual, dan kualitas secara spiritual yang baik sebagai penerus Gereja, dan memiliki iman yang radikal, atau dalam arti iman yang tidak mudah goyah, dan tidak ada niat untuk meninggalkan iman Katolik, dan iman yang radikal tersebut bersumber pada cinta kasih.
Sebagai salah satu penerus Gereja dengan demikian diharapkan sekali Orang Muda Katolik menjadi, garam dan terang dunia ( Mat, 5:13-14) yang dapat berarti pula bahwa, Orang Muda Katolik harus membagikan atau memberikan kebaikan pada setiap orang, dan mau berusaha membahagiakan orang lain, dan terlebih lagi bagi mereka yang menderita, maupun yang sakit, membela orang-orang yang tersingkirkan, atau orang yang tertindas, mau tergerak membela kebenaran, menegakkan keadilan, serta seperti sifat yang dimiliki oleh garam, ialah memberi rasa, dan dapat diartikan bahwa mendatangkan kedamaian untuk orang lain, kemudian rasa damai itulah yang harus selalu diusahakan oleh Orang Muda Katolik.
Dan memiliki sifat terang, yang dapat diartikan bahwa Orang Muda Katolik seharusnya mampu memberikan keselamatan bagi orang-orang yang menderita, membantu menemukan jalan keluar bagi yang tertimpa masalah, dan memberikan ide atau pemikiran yang dapat membantu sesama, dan dapat menjernihkan sebuah permasalahan yang dihadapi sehingga dapat menemukan arah jalan hidup yang lebih layak, dan membebaskan orang lain dari berbagai hambatan hidup. Nilai-nilai inilah yang perlu ditanamkan di dalam diri Orang Muda Katolik.
2). Orang Muda Katolik Sebagai Penerus Bangsa
           Orang Muda Katolik adalah sebagai penerus masa depan Bangsa Indonesia, dan sebagai warga masyarakat Indonesia itu sendiri, berati juga Orang Muda Katolik adalah penerus yang bertanggung jawab untuk ikut berpartisipasi memimpin bangsa menuju arah yang lebih damai dan sejahtera.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh presiden pertama Bangsa Indonesia, yaitu Bung Karno, atau periden Soekarno terhadap orang muda, dan dia mengatakan ;
“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .( Pidato HUT RI 1956 ).

Tampak jelas sekali apa yang telah diungkapkan oleh Soekarno terhadap potensi para orang muda, bahwa orang muda memiliki kemampuan yang tidak kalah dari orang-orang yang jauh lebih tua usianya. Soekarno menekankan semangat para orang muda guna melanjutkan perjuangan bangsa, dan di pundak para orang muda banyak amanat Bangsa Indonesia yang harus diteruskan, serta mengusahakan kesejahteraan Bangsa Indonesia.
Soekarno menampilkan melalui kata-katanya, bahwa orang muda tidak boleh dianggap enteng, dan orang muda adalah salah satu penggerak Bangsa Indonesia, dan yang harus diperhatikan oleh pemerintah, dan harus menjadi warga Negara Indonesia yang sadar bahwa para orang muda adalah calon pemimpin masa depan, dan memiliki berbagai gagasan, pemikiran, ide-ide, semangat, kemampuan yang dapat digunakan untuk membangun kesejahteraan, keadilan, dan kedamaian Bangsa Indonesia.
Orang Muda Katolik adalah sebagai warga Negara Indonesia, maka Orang Muda Katolik harus merenungkan juga perkataan Bung Karno, dan memiliki kesadaran yang tinggi bahwa peran Orang Muda Katolik, dan keterlibatan Orang Muda Katolik sangat dibutuhkan untuk turut berpartisipasi membangun Bangsa Indonesia yang tercinta ini. Diharapkan Orang Muda Katolik sebagai anggota Gereja tidak hanya berkutat diseputar hidup menggereja saja, yaitu hanya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ibadat, dan pendalaman iman, tetapi harus turut memikirkan bagaimana cara untuk menciptakan damai sejahtera, dan kedamaian hidup dengan sesama, dan sebagai murid Yesus yang berdasarkan kasih dalam bertindak, karena kasih adalah dasar dari seluruh hidup, dan identitas murid-murid Yesus ialah mau “saling mengasihi” (Mat 13:34 ).
2. Pendidikan
a. Definisi Pendidikan Menurut Beberapa Ahli
Pendidikan menurut Langeveld ( 1905-1989 ) adalah: “Setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa, atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, dan cara hidup”.
 Maka dapat dilihat bahwa pendidikan ialah suatu proses pendewasaan bagi seseorang agar menjadi manusia yang mandiri, dan diberikan oleh seseorang yang dianggap memiliki kompetensi, atau kemampuan yang mencukupi, dan mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara, baik melalui seorang pendidik, maupun melalui buku, dan dari pengalaman-pengalaman hidup yang dialami sehari-hari.

            Pendidikan menurut Rousseau (1712-1778) adalah: “ Memberikan suatu perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak, sampai remaja, dan seterusnya yang pada nantinya akan bermanfaat hingga dewasa”.
Rousseau mau mengatakan bahwa pendidikan haruslah diberikan kepada kanak-kanak, remaja, dan dewasa serta pendidikan sebagai bekal kehidupan manusia agar mampu melanjutkan kehidupannya.
            Ki Hajar Dewantara (1957) mengatakan bahwa:
“Pendidikan sebagai suatu tuntutan di dalam hidup manusia yang menuntut segala kekuatan kodrat manusia, dan agar manusia sebagai anggota Masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Maka pendidikan adalah sebuah kebahagiaan yang harus didapatkan oleh manusia, dan sebagai hak kodrat manusia yang harus didapatkan, dan diperjuangkan, dan sebagai sarana keselamatan, kebahagiaan agar menjadi manusia yang dapat mewujudkan cita-cita, dan menciptakan masa depan yang lebih baik, atau sejahtera.
b. Definisi Pendidikan Menurut Negara
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 bahwa:  “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.
            Negara menekankan bahwa pendidikan sebagai sebuah kesadaran manusia yang harus terus-menerus dilaksanakan, dan betapa pentingnya sebuah pendidikan bagi masyarakat, dan bisa berupa bimbingan, pengajaran, serta berbagai pelatihan yang mempersiapkan manusia agar dapat bekerja dan memiliki keahlian atau kemampuan yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan. Selain itu Negara menyatakan, bahwa setiap Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan ( UUD 1945 Pasal 31, Ayat 1).
3. Pengertian Pendidikan Moral
        Sekolahan Fransiska, muncul Bonaventura (+1274) yang merumuskan moral sebagai intinerarium mentis ad Deum ( zairah budi menuju Tuhan ). Tuhan adalah tujuan yang ingin dicapai kehendak manusia yang terbentuk karena cinta kasih. Pada Abad XIV-XVIII, William Ockham dan Alfonsus de Liguori mengatakan bahwa titik tolak pandangan moral Ockham adalah kemahakuasaan Tuhan, yaitu yang mampu melakukan segala sesuatu secara tidak bertentangan, namun harmonis. Meskipun masih banyak terdengar tanggapan lain setiap orang pada akhirnya menerima perumusan operasional berikut ini : Moral adalah tindakan manusia atas persoalan dalam hidupnya, serta suatu tindakan dalam mengambil sebuah keputusan. Moral adalah tingkah laku dan tindakan manusia didalam kehidupan sehari-hari. Tindakan dalam mengambil sebuah keputusan yang mana dalam mengambil keputusan tersebut tidak salah atau merugikan pada diri sendiri atau pun orang lain dan apakah tindakan tersebut dibolehkan atau tidak. Tingkah laku adalah kebiasaan atau sifat, yang menjadikan manusia mampu dalam menempuh dan mengisi hidupnya. Keputusan adalah mengambil tindakan dalam sebuah masalah keputusan tersebut menjadi suatu tindakan dalam langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah.
Moral berarti suatu tindakan keputusan dalam hidup. Tingkah laku adalah cara atau sifat manusia dalam bergaul atau hidup sehari-hari. Di segala zaman, manusia selalu mendapatkan tantangan didalam hidupnya. Moral ingin menolong manusia supaya menyadari bahwa hidup ini ditopang oleh tindakan serta keputusan yang benar, sehingga dalam hidup ini terdapat kepastian yang jelas dan benar.
Kaum Ultilitarian mengangap aturan-aturan tersebut berharga, namun kurang penting. Aturan-aturan menyajikan sejumlah kebijakan moral kolektif kita, namun tidak akan pernah bisa melingkupi setiap situasi dan harus dilanggar bila setiap aturan-aturan tersebut menghalangi pencapaian kebaikan terbesar demi jumlah terbesar.
Yang lain berpendapat bahwa tindakan-tindakan tertentu bertentangan dengan moral karena sifat dasar mereka dan konsekuensinya tidak pernah bisa dibenarkan. Larangan-larangan tertentu misalnya”jangan memperkosa, jangan membunuh yang tidak berdosa” secara tidak mutlak bisa diganggu gugat. Kritik-kritik tentang kekhawatiran ultilitarisme ialah bahwa tanpa larangan-larangan mutlak seperti itu, orang bisa membenarkan sejumlah tindakan yang bertentangan dengan moral dan berdalih demi”kebaikan yang lebih besar”.
Hal tersebut berarti moral dimaksud sebagai suatu hubungan antara tindakan dalam mengambil sebuah keputusan yang mana didalamnya terdapat pertimbangan-pertimbangan moral dalam mengambil sebuah keputusan dan tindakan. Jelaslah melalui pertimbangan-pertimbangan moral dapat membantu orang muda katolik untuk semakin hidup bermoral. Moral tidak hanya membantu orang dalam mengambil sebuah keputusan atau tindakan, akan tetapi tingkah laku juga diperlukan. Maka dari itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam moral. Dengan demikian, pendidikan dalam proses moral yang kita inginkan, dapat diterapkan dengan baik di dalam kehidupan.
 Sehingga orang mengerti jika tindakan yang dilakukannya tersebut bertentangan dengan moral atau tidak. Secara tidak sadar, kita bisa saja melakukan tindakan yang tidak bermoral. Lebih ditekankan bagaimana kemampuan pada manusia secara sadar bertindak secara moral. Suatu kebebasan pada manusia dalam memilih serta menentukan apa yang akan ia lakukan, terkadang tidak bisa membuat manusia bertindak dengan sebebas-bebasnya dengan kemauannya sendiri. Kebebasan-kebebasan manusia dapat membuat manusia dalam menentukan langkah dengan perbuatan-perbuatan yang bebuah baik atau jahat. Semua itu kembali kepada pertimbangan-pertimbangan hidup bermoral manusia itu sendiri. Adapun tuntutan-tuntutan dalam hukum dibuat untuk memilah serta menuntut kita untuk berbuat adil dalam suatu tindakan perbuatan kita. Namun tidak tuntutan-tuntutan itu tidak bisa dibenarkan begitu saja, karena pertimbangan-pertimbangan dalam moral menuntut kita lebih mementingkan hal-hal yang benar.
4.         Moralitas Hidup
Tujuan-tujuan atau maksud-maksud yang muncul dari dalam pribadi kegiatan manusia ini kemudian digunakan untuk memberikan evaluasi-evaluasi moral tingkah laku manusia. Misalnya dikatakan bahwa semua manusia memiliki arah perjalan diri alamiah menuju pemiliharaan diri. Kita  akan berpikir aneh bila ada orang yang tengelam dan orang tersebut tidak bereaksi atau mencoba dengan cara apa pun untuk menyelamatkan diri. Tindakan amaliah yang dilakukan adalah berusaha dan berjuang untuk menyelamatkan diri.
 Banyak orang-orang yang melakukan tindakan alamiah. Manusia bisa keduanya, kekurangan kapasitas yang utuh (misalnya sakit mental). Untuk mengetahui hukum alam atau mereka mengetahui tindakan tertentu secara tidak alamiah, namun mereka tetap memilih melakukan tindakan tersebut. Manusia dipenuhi dengan berbagai macam keinginan, namun bila kita ingin menjalani kehidupan bermoral, kita sebaliknya tidak menuruti keinginan tersebut.
Keutamaan adalah sebuah kualitas yang membantu kita mengembang diri menjadi tipe manusia yang kita inginkan. Misalnya, seorang mahasiswa merencanakan diri untuk masuk ke falkultas kedokteran supaya menjadi seorang dokter. Jelaslah bahwa mahasiswa ini ingin menjadi se-orang ”dokter yang baik”. Tetapi untuk menjadi seorang dokter yang baik, memerlukan pengolahan keterampilan-keterampilan tertentu. Seorang dokter harus memiliki pengetahuan yang lebih tentang berbagai macam penyakit, penyebab-penyebabnya, dan cara penyembuhannya. Ia juga harus mampu menenangkan si pasien, mendengar keluhan-keluhan dari si pasien dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan dengan penuh rasa hormat dan bersedia berbicara terus terang kepada mereka tanpa perasaan acuh tak acuh.
Maka dalam kehidupan ini banyak sekali norma-norma yang harus diperhatikan sebelum kita melangkah kedalam hal tersebut. Yang mana tindakan kita dapat kita pertimbangkan kembali serta dapat kita evaluasi apakah sudah benar atau salah. Hidup bermoral manusia sebagai proses berkesinambungan dengan arah moral tertentu. Tindakan manusia harus dipandang dalam hubungan utuh dan menyeluruh dengan pribadi seseorang. Baik atau buruknya tindakan manusia harus dipandang dengan cara menyeluruh dalam hubungan dengan pilihan yang ia laksanakan. Tindakan manusia dianggap tidak memadai, khususnya dalam suatu pertimbangan dan penilaian moral. Pilihan sering dipandang sebagai ”paradigm penafsiran” baru atas tindakan manusiawi. Pilihan ini berperan penting, sebab pilihan-pilahan dalam tindakan seseorang bermula dari dan bergantung banyak pada pilihan lain. Rangkaian pilihan tersebut mengacu pada pilihan dasar yang membantu manusia dalam proses pertimbangan dan menilai tindakan moral.
Dalam ajaran Agustinus dari Hippo khususnya dalam ajaran Thomas Aquinas (S. Th. I, II, q. 106; q. 85, a. 5) tentang tujuan hidup manusia. Menurut ajaran Tomistik, manusia telah begitu banyak melakukan pilihan particular berupa tingkah laku dan perbuatan. Berdasarkan teori ini, sejumlah pilihan dianggap lebih dari pada yang lain, misalnya pilihan atas panggilan hidup. Maka tindakan moral dalam cara tertentu bisa dipandang sebagai ”tanda” bermakna dan bermuat isi pilihan dasar seseorang. Tindakan moral merupakan cermin pilihan ini dan tingkah laku seseorang. Pembenahan dan perbaikan pilihan dasar, mampu menghasilakan tindakan moral dan keputusan serta tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga dalam mengambil suatu keputusan dan melaksanakan tindakan tidak ragu.
 Karena pembenahan diri akan pilihan dasar dan mengambil sebuah keputusan dapat terlaksanakan dengan baik. Maka, kepribadian dalam hidup seseorang dan mengambil keputusan dan tindakan tersebut dengan benar. Tingkah laku manusia menjadi acuan hidup bermoral, yang mana meyangkut masalah cara hidup seseorang dalam menjalani hidup yang berujung pada keputusan dan tindakan.
   Dalam usaha memilih tindakan dalam hidup, moral mempunyai peranan kongkrit yaitu :
a.       Memilih Tindakan Dalam Hidup
Dalam hal ini berarti seseorang dituntu untuk berlaku adil tidak hanya kepada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain. Manusia tahu apa yang ia lakukan dan diperbuatnya, tetapi harus dibantu agar lebih percaya dan menerapkan tindakannya itu dalam kehidupan bermasyarakat, dan dengan pertimbangan-pertimbangan moral.
b.      Memilih Keputusan
Ini berarti bahwa mengajak manusia supaya lebih mempertimbangkan sebuah keputusan yang diambil. Kesempatan atau waktu tidak akan bisa kita dapatkan setiap hari dengan hal yang sama. Berbagai tantangan atau masalah di dalam hidup ini, agar keputusan yang kita ambil dalam berbagai masalah tersebut tidak salah, maka haruslah melalui pertimbangan moral, supaya tidak menyesal dikemudian hari, baik merugikan bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
c.       Memilih Tingkah Laku
Ini berarti suatu prilaku atau sifat perbuatan manusia dalam hidupnya, beracuan pada keputusan dan tindakan. Yang mana tingkah laku tersebut adalah hasil dari keputusan dan tindakan sehingga tingkah laku atau prilaku manusia, sangat bergantung atas keputusan dan tindakan. Apabila salah dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan, maka tingkah laku seseorang akan salah/merugikan bagi dirinya maupun orang lain.
 Oleh sebab itu pertimbangan-pertimbangan moral sangat dibutuhkan dalam mengambil langkah-langkah keputusan dan tindakan dalam mencapai keadilan dan kebenaran dalam prilaku hidup sehari-hari. Karena tingkah laku atau prilaku manusia sangat dibutuhkan didalam hidup. Sebab tingkah laku atau pribadi manusia adalah sebagai suatu tanda atau bukti, apakah manusia tersebut sudah hidup bermoral atau tidak dapat kita ketahui dari tingkah laku atau prilaku seseorang.
Moral juga dapat dapat diartikan sebagai tanggung jawab atas perbuatan dalam tindakan dari keputusan yang kita ambil, bertanggung jawab secara penuh akan apa yang kita perbuat. Namun tanggung jawab secara moral dalam hal ini ada dua jenis yakni :yang pertama, tanggu jawab moral lebih berat dan tanggung jawab moral yang ringan. Contonya : tanggung jawab moral yang terlibat dalam kasus pembunuhan secara terencana dan sengaja. Yang membunuh dengan sengaja dan terencana memiliki tanggung jawab moral yang lebih berat dari pada si pembunuh karena gangguan kejiwaan atau si pembunuh karena membela diri tanggung jawab moralnya lebih ringan.
Tindakan manusia bisa membawa manusia itu sendiri kedalam kehancuran. Oleh karena itu, pertimbangan dalam melakukan sebuah tindakan itu sangat perlu dicermati dan diteliti sehingga tindakan yang kita ambil tidak salah. Oleh sebab itu, pendidikan moral bagi kaum muda katolik, merupakan salah satu upaya dalam keprihatinan moral bagi kuam muda katolok yang mana menyangkut masalah mengambil suatu tindakan dalam keputusan dan tingkah laku atau prilaku hidup sehari-hari dan segala macam masalah yang dihadapi. Sehingga para kaum muda katolik, dapat menyelesaikan masalah serta dapat mengambil keputusan dan tindakan dalam suatu masalah yang ada. Dengan demikian, tujuan moral sebagai cara atau jalan keluar dalam menghadapi masalah, berarti moral juga sebagai sebagai teladan atau contoh bagaimana caranya dalam menghadapi suatu masalah. Dengan demikian, moral mempunyai tugas untuk mempersiapkan manusia melewati tindakan-tindakan yang harus disertai keputusan dan tingkah laku tau prilaku didalah hidup supaya mampu menerapkan hidup bermoral denga baik didalam kehidupan.
Dalam Kitab Suci memang tidak ada tertulis kata Moral, namun menurut arti kata dari bahasa Yunani  ”Mos” tunggal, ”Mores” kebiasaan, kelakuan, kesusilaan yaitu tindakan dan perbuatan manusia dari segi baik buruknya ditinjau dari hubungan dengan tujuan-tujuan hidup manusia terakhir. Dan dalam Kitab Suci khususnya Perjanjian Baru kata-kata atau kalimat yang menunjuk atau mengarah pada kata moral. Kata-kata itu adalah Suara hati (Roma 2:15), Akal budi (Roma 7:22-23)Dan kita juga bisa lihat dalam Sepuluh Perintah Allah. Yang mana dalam perintah yang pertama dan yang terakhir mengandung moral dalam perintah-perintah tersebut, yang mana salah satunya yaitu pada perintah yang ke lima yaitu : Jangan membunuh. Dalam perintah yang kelima ini yaitu jangan membunuh, sanagat jelas sekali bahwa ada kaitannya dan pesan-pesan moral didalam perintah tersebut.
Menurut Thomas dari Aquino, dalam kesadaran moral yang paling dasariah (sinteresis) manusia mengerti baik dan jahat dan oleh sebab itu, berjumpa dalam kehendak Allah dan iman. Maka dengan belajar moral ini akan sangat membantu para kaum muda katolik dalam kesadaran bermoral mereka, sehingga mereka bisa mengerti akan hal yang baik dan benar. Sehingga pendidikan moral pada kaum muda katolik sangat dibutuhkan mengingat yang mana kemajuan zaman yang sangat pesat sekarng ini, membuat hampir semua dikalanggan anak muda, tidak lagi mementingkan norma-norma yang berlaku dikarenakan kemajuaan teknologi maupun kehidupan yang serba modern ini. Hal tersebut membuat orang lupa diri akan apa yang sebenarnya menjadi sebuah kebutuhan dan keperluan dalam hidup sehari-hari. Hal tersebut membuat orang akan lupa apa yang menjadi tanggung jawab utama mereka.
Didalam kehidupan yang modern ini, banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan khususnya pada kaum muda katolik. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi dalam zaman yang modern ini, khususnya dalam menggunakan teknoloi serta menghadapi masalah-masalah yang ada didalam hidunya. Kesalahan tentu tidak perlu terjadi, karena dapat dihindari walaupun dengan itu masalah belum terpecahkan. Bagaimanapun juga, pertanyaan mengenai permulaan hidup manusia mendahului diskusi tentang moralitas.
Dikemukakan oleh Bartolomeus Medina pada tahun 1577 : dalam kebimbangan ini, seseorang boleh mengikuti atau bertindak menurut pendapat yang mendukung kebebasan sejauh pendapat itu memang berdasar, sekalipun ada pendapat yang berawanan yang memungkinkan penafsiran yang lebih keras. Jika berhadapan dengan kebimbangan fakta, maka pertama-pertama kita harus keluar dari sejumlah praduga dalam benak kita. Hal itu diusahakan sedemikian rupa sehingga ditemukan kepastian dan kejelasan mengenai fakta tertentu. Ada keharusan bagi orang untuk berbuat apapun, termasuk mengambil keputusan yang berlaku seumur hidup. Jika keputusan dapat ditunda, maka seseorang harus menunda agar dapat mempertimbangkannya dengan lebih tenang. Jika keputusan tersebut sudah tidak lagi dapat ditunda maka sangat perlu pertimbangan-pertimbangan moral yang jelas dalam tindakan yang akan diambil.
Dari sudut pandang psikologis, skrupulusitas seseorang muncul dari rasa takut tersembunyi karena adanya tekanan dari dalam diri orang itu. Seseorang yang skrupulussitas membutuhkan arahan yang jelas, teguh dan sekaligus baik. Skrupulusitas adalah ketakutan yang menetap, menggangu dan tak beralasan yang dialami seseorang.
5.      Tujuan Pendidikan Moral
Dalam hal ini, ada pun tujuan pendidikan moral adalah ingin membentuk manusia khususnya kaum muda katolik yang berkualitas. Artinya didalam hidup, kaum muda katolik dapat bertindak dengan benar dan menjadi tepat dalam mengambil suatu keputusan dalam setiap masalah yang sedang dihadapi. Yang mana dalam tujuan moral ini, ingin sekali membantu para kaum muda katolik dalam menghadapi hidup. Oleh sebab itu, moral menjadi sebagai salah satu cara mencarai jalan keluar dalam bertindak serta mengambil keputusan yang bagaimana dan seperti apa dalam masalah yang dihadapi. Mengingat yang mana pada zaman sekarang ini, banyak sekali tantanggan terhadap hidup kaum muda pada umumnya. Hal tersebut sangat perlu diperhatikan, sebab mengingat para kaum muda katolik adalah harapan atau generasi Gereja kedepannya, berkembang atau tidaknya Gereja tergantung pada para kaum muda. Oleh sebab itu, para kaum muda katolik sangat diharapkan mampu dalam mengambil sebuah keputusan dan tindakan dalam tantangan dalam hidupnya.
6.      Pelaksana Moral
Manusia dalam didalam hidupnya, tidak luput dari persoalan-persoalan yang menjadi hambatan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, bagaiman persoalan tersebut bisa dihadapi dengan baik. Banyak sekali manusia yang salah dalam menghadapi suatu masalah, hal itu tidak terlepas karena tindakan serta keputusan yang diambil dalam menghadapi masalah tersebut tidak tepat, akhirnya, merugikan diri sendiri atau orang lain. Dalam permasalahan-permasalahan tersebut juga sering terjadi pada kaum muda katolik. Yang mana menyebabkan kaum muda katolik menjadi muda putus asa atau mudah menyerah dalam menghadapi masalah yang ada, sebagai berikut ini :
a.       Pertimbangan-pertimbangan moral
Dalam menghadapi masalah. Karena dengan pertimbangan-pertimbangan moral tersebut, kita bisa dengan secara teliti dapat mengambil sebuah keputusan serta tindakan apa yang akan kita ambil dalam menghadapi masalah yang ada.
b.      Tindakan dan keputusan
Para kaum muda Katolik diharapkan mampu menerapkan pelaksana moral dalam hidupnya. Sebab, moral sangat dibutuhkan dalam bidang apa pun terutama dalam menjalani hidup ini, sehingga para kaum muda katolik tidak hanya mampu dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya secara pribadi, namun juga mampu menjadi harapan Gerja dalam kemajuaan iman dala Gereja semakin berkembang.
7.      Moral Sebagai Keselamatan Hidup
Perkembangan zaman yang sangat pesat ini membuat kita semakin lebih praktis dalam cara hidup maupun berpikir. Hal tersebut dikarenakan pengaruh zaman yang modern ini. Ada pun yang sangat perlu kita perhatikan yakni dalam menjalani hidup. Para kaum muda katolik tak terlepas dari itu semua, banyak permasalahan-permasalahan yang harus kita cari supaya kita dapat mengetahui bagaimana cara atau menyelesaikan permasalahan itu semua.
Permasalahan yang sedang kita hadapi, mengharuskan kita untuk memutuskan serta bertindak dalam menghadapi masalah tersebut. Oleh sebab itu, moral dipandang sebagai salah satu jalan keluar dalam menghadapi suatu masalah, karena didalam moral mengatur tindakan dalam menjalankan hidup.
Dalam La coscienza, Sabatino Majorano mengingatkan kita akan pengaruh perkembangan zaman sekarang terhadap pembinaan hati nurani umat manusia. Sangat perlu diperhatikan usaha pembinaan hati nurani terus-menerus sambil menyadari adanya pengaruh media massa. Ini termasuk keperluaan mendesak. Cara hidup, berpikir, dan bertindak manusia modern sudah banyak dipengaruhi oleh apa yang ditayangkan dilayar televise, internet dan masih banyak lagi yang lain nya. Dalam hal ini, manusia berpikir terlalu dangkal dengan menyenangkan diri dengan hal-hal yang bukan menjadi suatu kewajiban pokok yang seharusnya ia lakukan.
Kita juga harus bersedia belajar dari orang sekitar, entah itu teman, keluarga atau orang lain dan mengamati cara orang-orang yang cerdas dalam bertindak. Yang sangat perlu disingkirkan adalah ketidaktahuaan akan kenyataan dan prinsip-prinsip moral dalam hidup. Tidak sedikit manusia yang bingung dan malah tidak tahu berbuat apa pun dalam proses mengambil sebuah keputusan dalam masalah yang ia sedang hadapi. Adanya keraguan apabila berda dalam ketidakpastian mengambil keputusan atau tindakan. Berbagai macam masalah yang ada, namun berbagai macam pula masalah yang tidak dapat dihadapi oleh manusia dalam mengambil sebuah keputusan dalam masalah tersebut serta menduga keputusan dan tidak tahu apa yang harus diputuskan atas masalah yang sedang ia hadapi.
Pusat tindakan berdosa adalah kebebasan, yaitu pilihan untuk menentukan diri sendiri yang terlepas dari pencipta. Dosa sebenarnya mengalir dari hati manusia yaitu dengan kedalaman diri manusia sebagai makhluk yang bebas dan bertanggung jawab (lih. Mat 15:18-19).  Dengan kebebasan yang ada pada diri manusia, kita sebagai manusia yang memiliki akal budi mampu memikirkan apa tindakan itu baik atau salah. Dari kebebasan tersebut, kita bisa memilah antara yang menjadi keharusan atau yang tidak, maka kita bisa menjadi lebih beharga dalam setiap tindakan kita.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, manusia tidak secara langsung berhubungan dengan Tuhan, akan tetapi melalui dunia dan sesama. Dalam kehidupan manusia seharusnya bertindak tertuju kepada kebaikan namun sebaliknya, manusia tidak mampu membentuk pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kebenaran. Tindakan manusia yang tertuju pada kebaikan sudah tidak mampu lagi diwujudkan. Suatu kesalahan pada hari-hari yang lalu, tidak menjadi pelajaran bagi manusia lagi. Dan mengagap itu semua sebagai suatu yang sudah menjadi biasa.

8.      Hidup Orang Muda Katolik
Manusia adalah makhluk yang dinamis, yang hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam dinamika kehidupan ini. Dibutuhakan suatu proses dalam hidup manusia dalam mencapai keutamaan hidupa dalam diri manusia secara individu manupun kelompok. Kepribadaian diri manusia menjadikan manusia tersebut dalam menbentuk serta menentukan watak atau tingkah laku manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, manusia dituntut untuk mampu berintereaksi  atas diri sendiri dan lingkungan hidupnya serta mampu menentukan mampu menentukan keputusan dan menentukan diri-sendiri.
      Tindakan muncul dari kehendak, yakni bagaiman manusia tersebut mehendaki keputusan yang akan diambilnya. Hidup dan keberadaan manusia disoroti dari pelbagai sudut pandang, dan berbagai macam masalah yang ada menbuat manusia tersebut sukar dalam menentukan suatu keputusan dalam hidup. Melalui keputusan hidup manusia memasukin proses diri yang sebenarnya. Manusia tidak menjadi serba lain dari pada sebelumnya akan tetapi manusia mampu menjadi dirinya sendiri sehingga kehidupan manusia itu sendiri dapat menjadi bermoral apabila dalam hidup manusia dapat mengambil tindakan dalam keputusan yang diambil.
Dalam kehidupan ini banyaknya masalah- masalah yang menjadi suatu halangan manusia khususnya kaum muda katolik dalam menjalani hidup. Adapun masalah- masalah tersebut menjadi rumit dikarenakan para kaum muda katolik tidak bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Sementara itu, keputusan tidak menjadi autentik apabila keputusan itu tidak menunjukan pada suatu keyakinan, penilaian dan objektivitas bersama. Keputusan bisa menjadi autentik kalau tidak beerhubungan dengan disposisi individu sebagai hasil sosialisasi dan sejarah pribadi manusia. Keputusan moral adalah yang diikehendaki seseorang melalui tindakan serta kemungkinan yang sama untuk memutuskan sesuatu yang sesuai dengan cara tertentu.
Didalam kehidupan zaman modern ini., para kaum muda katolik jarang sekali memegang peran kunci dalam suatu proses keputusan moral. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangan tekhnologi dan kemajuan- kemajuan dibidang lainnya. Para kaum muda katolik tidak lagi mementingkan suatu kewajiban dalam hidup, sehingga mereka bingung bagaimana caranya dalam memutuskan suatu masalah atau hal- hal yang mereka hadapi. Dalam  mengambil keputusan–keputusan didalam hidup, hendaknya membutuhkan pertimbangan- pertimbangan moral supaya keputusan yang diambil tidak salah dan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
9.      Manfaat Pendidikan Moral
a.       Kemerosotan Moral                 
Runtuhnya peradapan bangsa Indonesia yang sangat merosot mulai dari semua jajaran pemerintah maupun swasta pembinaan watak serta pribadi manusia sudah tidak lagi diutamakan sehingga mengakibatkan banyaknya penyimpangan- penyimpangan moral dalam hidup. Didalam bidang pendidikan para pendidik atau guru belum bisa menjadi teladan hidup bermoral. Penerapan moral dalam dunia pendidikan masih belum diterapkan, sehingga moralitas khususnya dalam dunia pendidikan masih sangat memprihatinkan. Kunci pembinaan dan pembangunan kemanusiaan sangat erat dengan dunia pendidikan. Pendidikan juga menjadi dasar dalam menerapkan moralitas pada setiap pribadi siswa sehingga dalam diri siswa sanggup memberi teladan dalam hidup bermoral dengan baik.
b.      Pentingnya Moral Didalam Hidup      
Mengingat pentingnya pendidikan moral bukan hanya mendorong manusia untuk hidup sejahtera namun untuk membina karakter manusia tersebut dengan baik. Kemerosotan moral telah melanda hidup manusia hampir dalam semua bidang hidup sosial, serta tindakan- tindakan criminal, diskriminasi, penyelewenagan, serta kecurangan- kecurangan dalam bidang politik.
Beraneka ragam konflik serta kerusuhan sosial khususnya di Indonesia melanda begitu cepat, yang mana hal tersebut dikarenakan kurang adanya moralitas bangsa yang mengakibatkan konflik- konflik dan kerusuhan itu terjadi. Sementara itu perbedaan golongan masyarakat, profesi, status sosial menjadi masalah utama dalam masyarakat yang mana mengakibatkan perbedaan- perbedaan tersebut.
Oleh sebab itu pendidikan moral sangat –sangat diperlukan khususnya bagi para kaum muda katolik dalam menjalani hidup ini yang mana, dalam hidup ini mengalami masalah- masalah yang tak terlepas dalam mengambil keputusan- keputusan dan tindakan didalam hidup. Tangguang jawab sosial serta individu dalam kehidupan bersama para kaum muda katolik ditunut  untuk memberikan teladan dalam hidup. Perlu dengan keseriusan menanggapi masalah- masalah yang muncul khususnya penyelesaian masalah moral tidak hanya berpatokan pada prinsip- prinsip hukum yang bersifat inpersonal. Penerimaan tanggung jawab merupakan bagian para kaum muda katolik dalam menjalani hidup sebagai teladan orang lain.









DAFTAR PUSTAKA
Ahon, Lukas. 2013. Diktat Kuliah Moral Dekalog.STP St. Agustinus Pontianak.
Alkitab Deuterokanonika. 2006. Jakarta  lai
Bertens, K. 2003. Keprihatinan Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Chang, William. 2013. Moral Dasar (sebuah Pengantar). Yogyakarta: Kanisius.
Higgins, Gregory C. 2006.  Dilema Moral Zaman Ini. Yogyakarta: Kanisius.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. 2027.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. 1996. “Iman Katolik”. Yogyakarta : Kanisius.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. 2006. “ Kitab Hukum Kanonik Edisi Resmi
            Bahasa Indonesia”. Jakarta : Konferensi Wali Gereja Indonesia.

Lalu, Yosef. 2005. “ Katekese Umat ”. Jakarta : KWI
SJ, Bernhard Kieser.1987. Moral Dasar (Kaitan Iman dan Perbuatan). Yogyakarta: Kanisius.
Suseno, Franz Magnis. 2008. “ Etika Kebangsaan Etika Kemanusiaan ”.
            Yogyakarta : Kanisius.

Tangdilintin, Philips. 2008. “ Pembinaan Generasi Muda Dengan Proses
            Manejerial Vosram ”. Yogyakarta : Kanisius.






LAMPIRAN I
PEDOMAN WAWANCARA
I. Wawancara dengan Ketua Dewan Paroki
1. Bagaimana kegiatan rohani Orang Muda Katolik di Stasi Santa Teresia   Cupang Belungai  Paroki  Hati  Kudus  Yesus  Rawak   Keuskupan  Sanggau ?
2. Apa-apa saja program kegiatan rohani Orang Muda Katolik di Paroki Jeruju
   Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak ?
3. Bagaimana partisipasi Orang Muda Katolik di Paroki Jeruju Gereja Santa
    Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak dalam mengikuti kegiatan rohani?
4. Bagaimana hidup kemasyarakatan Orang Muda Katolik di Paroki Jeruju Gereja
   Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak ?
II. Wawancara dengan Katekis
1.  Apakah kegiatan pembinaan iman bagai Orang Muda Katolik di Paroki Jeruju
    Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak yang dirancang
    guna menyadarkan mereka dalam hidup bermasyarakat sebagai manusia    
    yang berpolitik ?
2. Sejauh mana pemahaman politik yang dimiliki Orang Muda Katolik di Paroki
    Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak ?
3. Apakah sudah pernah diadakan pendidikan politik bagi Orang Muda Katolik di
   Paroki Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak
   melalui katekese umat ?   
LAMPIRAN II
PEDOMAN OBSERVASI
1. Bagaimana situasi kehidupan bermasyarakat Orang Muda Katolik  di Paroki
    Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak ?
2. Bagaimana segi ekonomi, pendidikan, keagamaan Orang Muda Katolik di
Sekitar Paroki Jeruju Gereja Santa Perawan Maria Keuskupan Agung Pontianak?
3. Bagaimana keterlibatan Orang Muda Katolik dalam mengikuti pendalaman   
    Iman atau katekese ?
4. Bagaimana kesadaran Orang Muda Katolik dalam menjalani kehidupan politik?